Rabu 11 Jan 2017 17:35 WIB

Trump Disebut Kongkalikong dengan Rusia

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Presiden AS terpilih, Donald Trump
Foto: AP
Presiden AS terpilih, Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebuah laporan terbaru menyebut Rusia merusak informasi tentang Presiden AS terpilih, Donald Trump, Selasa (11/1). Informasi yang belum bisa diverifikasi itu menyebut Rusia mencoba kongkalikong dengan Trump.

Informasi tersebut terdapat di dalam dokumen rahasia intelijen AS soal serangan siber Rusia yang dirilis beberapa waktu lalu. Kabarnya, infomasi berada di dalam memo tambahan sebanyak dua halaman yang juga sudah disajikan pada Trump dan Presiden Barack Obama.

Di dalamnya, termasuk tuduhan ada pertukaran informasi secara terus-menerus antara tim Trump dan perantara pemerintah Rusia. Sumber mengatakan pada CNN tuduhan yang sama tentang ini sudah dipaparkan dalam briefing rahasia bagi para pemimpin kongres tahun lalu.

Ini membuat Pemimpin Senat Demokrat, Harry Reid mengirim surat pada Direktur FBI pada Oktober lalu. "Hal ini jelas Anda memiliki informasi tentang hubungan dekat Donald Trump, penasihat utama dengan pemerintah Rusia," katanya.

Pada Selasa malam, Trump merespons berita ini dalam cuitannya. "BERITA PALSU - PENCARIAN PENYIHIR POLITIK!" kata Trump. Tim transisinya tidak segera merespons permintaan wawancara.

Juru bicara Trump, Kellyanne Conway mengatakan klaim itu datang dari oposisi. Conway menyampaikan Trump tidak peduli dengan hal ini.

Dilansir dari New York Times, memo tersebut berisi laporan video seks melibatkan prostitusi dengan Trump pada 2013. Saat itu ia berkunjung ke hotel di Moskow. Video itu dipersiapkan sebagai alat untuk menjatuhkan Trump di masa depan, termasuk dengan tuduhan penyuapan yang bisa mempengarhui Trump.

Dalam satu memo oposisi, sumber Rusia mengklaim bahwa peretasan atas Demokrat tersebut mendapat dukungan penuh dari Trump dan anggota senior tim kampanyenya. "Tim Trump sudah sepakat terhadap intervensi Rusia di Ukraina sebagai isu kampanye," katanya.

Pengacara dan penasihat Trump, Michael Cohen menyangkal klaim tersebut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement