REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para pejabat Yaman mengatakan bahwa mengganti Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi tidak akan menyelesaikan masalah negara. Pernyataan ini keluar setelah para pemberontak Houthi mengusulkan pembentukan pemerintahan transisi baru.
Anggota delegasi pemerintah untuk pembicaraan damai di Swedia sekaligus penasihat senior untuk presiden, Abdulaziz Jabari mengatakan kesengsaraan negara itu berasal dari pengambilalihan Houthi terhadap Sanaa dan ekspansi besar lainnya di wilayah itu, bukan dari posisi yang diduduki Hadi.
"Masalahnya adalah kudeta militer yang terjadi pada tahun 2014, masalahnya adalah mereka menggunakan agresi, mengambil alih negara kami," kata Jabari seperti dilansir dari Al Jazeera, Sabtu (8/12).
Pihak-pihak yang berperang telah dipertemukan di Kota Rimbo, Swedia sejak Kamis (6/12), untuk pembicaraan yang bertujuan membahas cara-cara mengakhiri pertempuran. Petikaian telah menewaskan sekitar 56 ribu orang dan meninggalkan 22 juta orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan.
"Katakanlah Hadi berada di luar, ini tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya, memperebutkan kekuasaan akan terus berlanjut, masalah terbesar kami adalah ada kelompok yang telah membajak negara," tuturnya.
Sementara itu, utusan khusus PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, sedang berusaha untuk memperkenalkan satu set langkah membangun kepercayaan pada pembicaraan, termasuk pertukaran narapidana skala besar, negosiasi gencatan senjata di Hodeidah dan pembukaan kembali bandara Sanaa.
Negosiasi, yang tidak tatap muka, diperkirakan akan berlangsung hingga 14 Desember. Tetapi sumber-sumber mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka dapat diperpanjang menunggu setiap terobosan.