Sabtu 02 Aug 2014 02:00 WIB

Dua Menteri Myanmar Ini Mundur Mendadak, Ada Apa?

Rep: c92/ Red: Bilal Ramadhan
Warga berjalan melintasi bangunan yang terbakar yang menampung sebuah panti asuhan untuk anak-anak Muslim di Lashio, Myanmar, Kamis (30/5).
Foto: (AP/Gemunu Amarasinghe)
Warga berjalan melintasi bangunan yang terbakar yang menampung sebuah panti asuhan untuk anak-anak Muslim di Lashio, Myanmar, Kamis (30/5).

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON– Televisi pemerintah Myanmar melaporkan Selasa (28/7), Mentri Myanmar untuk informasi dan kesehatan diizinkan untuk pensiun dalam reshuffle kabinet dalam dua bulan. The Evening News membacakan pernyataan yang ditandatangani oleh Presiden Thein Sein, yang mengumumkan pengunduran diri Mentri Informasi Aung Kyi dan Mentri Kesehatan Pe Thet Khin.

Sebuah penjelasan resmi mengatakan bahwa seorang mentri yang diizinkan pensiun diartikan sebagai pengunduran diri di bawah tekanan. Tidak ada penjelasan tentang alasan pengunduran diri tersebut, dan tidak ada penggantian yang diumumkan.

Aung Kyi adalah bagian dari kelompok militer yang terus mendominasi negara bahkan setelah pemilu membawa pemerintah sipil berkuasa tahun 2011. Dia memiliki reputasi sebagai seorang yang moderat dan low profile.

Deputi Mentri Informasi Ye Htut menjadi sorotan media karena ia sekaligus adalah juru bicara Presiden dan dikenal sebagai orang yang blak-blakan ke media umum. Walaupun pemerintah Thein Sein mencabut sensor terhadap media setelah hampir 50 tahun aturan militer yang represif, mereka akhirnya mendapat kritik karena membiarkan penganiayaan terhadap wartawan melalui pencemaran nama baik dan undang-undang lain.

Sementara itu, Pe Thet Khin adalah seorang dokter sipil yang juga dikenal low profile. Reshuffle terakhir pada Juni mencatat hengkangnya Mentri Agama yang kemudian dituduh melakukan korupsi dan penghasutan. Kepala Mentri Negara Bagian Rakhine yang dilanda konflik antara umat Budha dan Muslim, juga kehilangan pekerjaannya di waktu yang sama.

Konflik kekerasan antara umat Budha dan minoritas Muslim di Myanmar sejak 2012 telah menyebabkan hilangnya 280 jiwa dan menyebabkan 140.000 orang kehilangan tempat tinggal. Ini menuai kritik tajam dari masyarakat internasional yang memercayai pemerintah telah gagal dalam menindak kaum ekstremis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement