Jumat 10 Jul 2015 22:21 WIB

Thailand Tolak Permintaan Cina untuk Deportasi Muslim Uighur

Rep: C38/ Red: Ilham
Muslim Uighur di Cina
Foto: EPA/How Hwee Young
Muslim Uighur di Cina

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Thailand menolak permintaan China untuk mendeportasi semua Muslim Uighur ke negara asal mereka. Sebelumnya, tindakan Thailand mendeportasi 100 etnis Muslim Uighur memicu kecaman internasional selama beberapa hari terakhir.

“Kami melakukan ini sesuai dengan hukum internasional dan pertimbangan hak asasi manusia,” kata wakil juru bicara pemerintah Thailand, Kolonel Weerachon Sukhondhapatipak, dilansir dari The Straits Times, Jumat (10/7).

Permintaan tersebut ditolak dengan alasan pemerintah Thailand perlu melakukan verifikasi terlebih dulu terhadap status kewarganegaraan etnis Muslim Uighur. Ia menambahkan, keputusan tersebut sulit dibuat. Ini tidak bisa serta merta ketika pemerintah China meminta, lantas Thailand akan memulangkan seluruh etnis Muslim Uighur yang tertahan di negara tersebut.

Weerachon menjelaskan, lebih dari 170 Muslim Uighur telah diidentifikasi sebagai warga negara Turki dan dikirim ke Turki bulan lalu. Sementara, hampir 100 Muslim Uighur dideportasi ke China, Rabu (7/7), kemarin. Lima puluh orang sisanya masih dalam proses verifikasi status kewarganegaraan.

Keputusan Thailand untuk mendeportasi 100 etnis Uighur dari beberapa pusat penahanan imigrasi di Bangkok mendapat kecaman dari Amerika Serikat dan UNHCR. Mereka mendesak China untuk memastikan perlakuan yang baik terhadap etnis Uighur.

Ratusan, mungkin ribuan Muslim Uighur telah melarikan diri akibat kerusuhan di wilayah Xinjiang. Mereka melakukan perjalanan secara sembunyi-sembunyi melalui Asia Tenggara ke Turki. Hal ini menjadi isu sensitif di Turki, sekaligus menegangkan hubungan bilateral kedua negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement