Senin 20 Jul 2015 09:05 WIB

Kesepakatan Nuklir Iran Ubah Struktur Geopolitik Timur Tengah

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Dwi Murdaningsih
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatulloh Ali Khamenei.
Foto: Reuters
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatulloh Ali Khamenei.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Arab Saudi, Israel dan Kelompok garis keras Iran menolak kesepakatan nuklir, Ahad (19/7). Mereka merasa kesepakatan nuklir antara pemerintah Iran dan enam negara super power merupaka ancaman terhadap kekuasaan dan pengaruh mereka. Pertama kalinya sejak 30 tahun Iran bergabung kembali dengan masyarakat internasional.

Pengaruhnya akan membawa perubahanbesar baik di dalam dan luar negeri. "Struktur geopolitik di Timur Tengah berubah," ujar Saeed Leylaz, Seorang ekonom yang juga penasehat mantan Presiden Mohammad Khatami.

Banyak pengamat mengatakan Iran cenderung menggunakan kas masuk dari pencabutan sanksi untuk menstabilkan ekonomi. Tetapi Arab Saudi dan Israel khawatir keberadaannya di duni internasional akan semakin mengguncang wilayah Timur tengah dengan membantu sekutunya dengan pasukan militer, senjata tambahan dan dana.

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berusaha untuk menghilangkan kekhawatiran mereka. Dia mengatakan kesepakatan nuklir tidak akan mengubah kebijakan Iran untuk mendukung sekutunya di Suriah, Irak, Bahraian, Yaman Libanon dan Palestina.

Kebijakan AS di wilayah tersebut berbeda 180 derajat dari kebijakan Iran. Pertanyaa muncul ketika jelas Iran terlibat dalam seluruh konflik tetapi AS tetap setuju dengan kesepakatan tersebut.

Benjamin Netanyahu menyebut kesepakatan nuklir sebagai kesalahan sejarah. Sementara itu Pangeran Arab Saudi Bandan bin Sultan yang juga Dubes untuk AS mengatakan kesepakatan ini merupakan malapetaka di Timur Tengah.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement