Jumat 17 Jun 2016 04:02 WIB

Ini Kekejaman CIA Menurut Pengakuan Mantan Tahanan

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Julkifli Marbun
CIA
Foto: Reuters
CIA

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON –- Persatuan Kebebasan Sipil Amerika (ACLU) berhasil mendesak pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk mempublikasikan sejumlah dokumen yang sebelumnya dirahasiakan. Sejalan dengan tuntutan Peraturan Kebebasan Informasi, yang berhasil lolos pada pekan ini.

Dilansir The New York Times, Kamis (16/6), sebuah dokumen mengungkapkan kekejaman aparat penjara dalam memperlakukan tahanan yang dituduh teroris oleh CIA.

Badan Intelijen AS itu diketahui telah melakukan salah tangkap terhadap Abu Zubaydah. Pria itu dituduh tanpa bukti yang kuat sebagai petinggi jaringan Alqaidah.

Dalam kesaksiannya, Abu Zubaydah menjelaskan, CIA mengirimnya ke penjara militer AS di Guantanamo, Kuba, pada Maret 2007. Padahal, pria itu belum pernah diadili dan menyampaikan pembelaannya di hadapan hakim.

Dengan bahasa Inggris yang terbata-bata, Abu Zubaydah menceritakan pelbagai penyiksaan yang ia rasakan selama di Guantanamo.

Sipir Guantanamo memaksanya berdiri selama berjam-jam dalam kondisi tanpa busana. Dia juga dipaksa berada di dalam kamar yang dingin. Dengan geram ia menuturkan, Guantanamo memperlakukannya layaknya seekor binatang.

“Mereka sungguh-sungguh menjerat saya. Mereka menyumpal mulut saya dengan baju. Hampir saya mati,” kata Abu Zubaydah seperti termuat dalam laporan yang dikutip The New York Times, Kamis (16/6).

“Kalau kalian mau saya mati, bunuhlah saya!” ujarnya.

Testimoni Abu Zubaydah hanyalah satu dari sekian banyak program penyiksaan yang dijalankan CIA. Itu termasuk laporan setebal 500 halaman yang dilansir Komite Intelijen Senat pada Desember 2014 lalu. Meski, laporan tersebut lebih berdasarkan pada memo yang dibuat pemerintah AS.

Adapun transkrip yang baru-baru ini dibuka—termasuk testimoni Abu Zubaydah—ikut menjabarkan pengakuan langsung dari korban penyiksaan.

“Penting sekali bagi rakyat Amerika untuk tahu (pengakuan) dari korban, tak hanya sekadar (dokumen) yang disediakan pemerintah selaku otoritas yang mengesahkan penyiksaan itu,” kata staf hukum ACLU, Dror Ladin, kepada The New York Times, Kamis (16/6)

Sejak 2006, program penahanan di penjara militer Guantanamo sudah didesak untuk ditutup.

Pada Februari 2016 lalu, Presiden Obama mengajukan rencana penutupan permanen penjara militer Guantanamo kepada Kongres. Sejak awal kepemimpinannya, atau tujuh tahun silam, Presiden Obama berkomitmen untuk menutup total fasilitas penahanan di Guantanamo. Namun, rencana ini terkendala lantaran tak semua anggota Kongres, khususnya dari Partai Republik, sepakat untuk memindahkan tahanan Guantanamo ke AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement