Ahad 18 Sep 2016 05:10 WIB

Eksklusif: Mufti Damaskus Serukan Setop Fatwa Jihad Suriah

Syekh Muhammad Adnan Al-Afyouni
Foto:
Syekh Muhammad Adnan Al-Afyouni

Satu lagi, fatwa tersebut muncul lantaran tentara rezim berlindung di balik rakyat sipil. Apa tanggapan Anda? 

Mustahil, tetap mustahil. Bagaimanapun, membunuh sesama Muslim tetap saja tidak diperbolehkan. Harta, nyawa, dan kehormatan sesama Muslim sangat dihormati dalam Islam.

Jika misalnya, saya hendak membunuh Anda, lantas Anda sembunyi di belakang seseorang, siapakah yang berdosa? Apakah Anda yang bersembunyi atau saya yang hendak membunuh tanpa sebab?

Tentu saya yang bersalah ingin membunuh Anda tanpa sebab. Ketahuilah, rezim sama sekali tidak membunuh, hingga mereka lebih dulu yang mengangkat senjata. 

 

Lalu, benarkah Syiah membunuh kelompok Sunni di Suriah? 

Kita mayoritas Sunni di Damaskus, tak ada Syiah yang membunuhi kita, demikian juga di wilayah lain. Tak ada konflik antarsekte di Suriah. Demi Allah. Saya berani mempertanggungjawabkan pernyataan saya ini di hadapan-Nya kelak.

Yang ada adalah, ada sekelompok orang yang berambisi kekuasaan ingin menjatuhkan rezim dan tentu saja rezim dengan segala sumber dayanya, militer bersama koalisinya Rusia dan Iran, mempertahankan diri.

Ini adalah wajar, negara manapun akan melakukan hal yang sama jika ada yang hendak merongrong negara. Negara memerangi mereka yang mengangkat senjata. Tak ada konflik antarsekte di negara kami, sama sekali, sama sekali tidak ada.  

 

Lantas, apa sebenarnya yang diinginkan dari fatwa tersebut menurut Anda? 

Jadi intinya apa? Ada agenda dan arahan terselubung dari pihak luar, AS dan sekutunya dalam hal ini. Miliaran dolar AS dari negara-negara luar digelontorkan untuk mempersenjatai pemberontak. Ironis.

Di saat masih banyak negara-negara dilanda kelaparan seperti Afrika, mengapa dana sekian besarnya tidak dimanfaatkan membantu mereka. Kalian berdalih biaya ini untuk kemaslahatan rakyat Suriah, kita tak butuh. Bayarkan saja untuk negara-negara Afrika. Dan rakyat kami harus membayar mahal akibat dampak konflik ini.

 

Bisa Anda gambarkan kondisi Suriah sebelum konflik meletus? 

Mahasiswa Indonesia di Suriah bisa merasakan sendiri bagaimana kondisi di Suriah sebelum konflik. Contoh kecil, kita tak pernah ada kasus kriminal seperti pencurian atau pembunuhan, sekalinya ada, kita akan terkejut. Dulu, perempuan jalan sendirian dini hari, aman-aman saja.

Tak pernah pula terjadi perserteruan antarkabilah. Negara kami amin, penduduknya ramah. Sambutan mereka terhadap tamu sangat luarbiasa. Kami sambut dengan baik warga Irak pada 2003, rakyat Palestina sejak 1960-an, dan bagaimana kami perlakukan baik orang Lebanon pada 2006, atau warga Kuwait saat perang dengan Irak.

Mereka yang tinggal di Damaskus, akan merasa seolah ia penduduk asli. Dan tiba-tiba, Arab Spring memporak-porandakan semua.   

Suriah, sejak awal, adalah satu dari sekian negara dengan stabilitas, keamanan, dan kesejahteraan yang tinggi. Sistem sosialnya yang sangat teratur di antara segenap elemennya. Suriah merupakan potret negara percontohan yang sukses merekatkan unsur masyarakat yang berbeda, baik etnis, suku, mazhab, dan agama. 

Dan, ketahuilah, alhamdulillah, sejak awal, Suriah termasuk negara paling aman di dunia. Suriah adalah negara yang tak ada fakir miskin, tak ada orang kelaparan. Orang bisa tinggal di suriah dengan biaya hidup termurah di dunia.

Warga menikmati kondisi itu. Pendidikan gratis dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi strata tiga (doktoral). Kesehatan gratis, baik untuk bedah atau selain bedah. Listrik semigratis. Warga bisa mendapatkan fasilitas-fasilitas dengan mudah dan gratis berkat subsidi negara. Tapi, yang terjadi sudah terjadi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement