Sabtu 15 Oct 2016 00:01 WIB

Perjalanan Bhumibol Menjadi Raja yang Dicintai Hingga Ajal Menjemput

Kematian Raja Bhumibol tinggalkan ketidakpastian akan penerus takhtanya.
Foto:

Sejak awal kekuasaannya, Raja Bhumibol sudah dilihat sebagai tokoh setengah dewa, yang mewarisi nilai-nilai Buddha. Dia dipuja sebagai tokoh yang memperjuangkan orang miskin, dan dilihat sebagai tokoh yang bisa membawa kestabilan dan persatuan di sebuah negara yang selama berpuluh tahun dilanda banyak perubahan.

Sejak 1932, Thailand sudah mengalami 20 kudeta, percobaan kudeta, pemberontakan, dan krisis konstitusional lainnya. Di tengah semua itu, Raja Bhumibol tetap menjadi tokoh yang dicintai rakyat Thailand karena memodernkan kerajaan dan menghidupkan kembali tradisi lama.

Mungkin karena dilahirkan bukan sebagai raja, dia harus berusaha mendapatkan rasa hormat dari rakyat. "Ini bukan hak yang diwariskan. Ini bukan sesuatu yang diberikan kepadanya oleh ayahnya atau kakeknya. Karena itu, dia tidak dilahirkan sebagai raja. jadi dia harus bekerja untuk mendapatkan penghormatan dan dia sangat berhasil," kata mantan Perdana Menteri Thailand, Anand Panyarachun.

Selama hampir 70 tahun, Raja Bhumibol mendapatkan penghormatan dan kecintaan mendalam dari rakyatnya. Kebanyakan warga Thailand tidak pernah hidup di bawah kekuasaan raja yang lain. Wajahnya terpampang di mata uang kertas dan juga koin Thailand.

Gambarnya dipasang di kantor dan sekolah di seluruh negeri. Banyak warga Thailand memasang foto raja di rumah atau di mobil mereka. Lagu resmi kerajaan masih dimainkan di bioskop sebelum pemutaran sebuah film.

Pengunjuk Rasa Anti-Pemerintah di Thailand
Pengunjuk rasa anti-pemerintah di Thailand berkumpul di depan Istana Kerajaan pada 2014. Reuters/Damir Sagolj

Sebagai balasannya, Raja Bhumibol menunjukkan kecintaan yang sama kepada rakyatnya. Dia sering melakukan perjalanan keliling Thailand melihat berbagai proyek pertanian dan masalah pedesaan lainnya.

Dia mendapatkan rasa hormat baru di awal tahun 1990-an, ketika terjadi kudeta lagi yang menyebabkan pertikaian mematikan antara militer dan pegiat pro demokrasi. Sama seperti krisis lainnya, dia memiliki kekuasaan untuk memanggil pihak yang bertikai dan memberikan wejangan dan menghentikan pertumpahan darah.

Namun masa kekuasaannya bukan tanpa kontroversi. Di 2003, Raja Bhumibol mendukung perang melawan narkoba yang menyebabkan kematian sekitar 2.000 orang.

Kelompok hak asasi manusia menyerang kampanye kekerasan yang didukung negara itu dan meminta PBB melakukan penyelidikan. Namun masalah itu tidak mengurangi rasa cinta rakyat terhadap raja.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/raja-thailand-bhumibol-adulyadej-wafat-di-usia-88-tahun-setelah/7931250
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement