Selasa 16 Oct 2018 21:28 WIB

Dua Korea dan PBB Bahas Demiliterisasi di Perbatasan

Langkah awal akan dimulai dari menarik senjata api dan mengurangi pos penjagaan

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Esthi Maharani
Tentara Korea Selatan berpatroli di sepanjang perbatasan Korea Selatan-Korea Utara di Paju pada Jumat (8/1).
Foto: AP/Ahn Young-joon
Tentara Korea Selatan berpatroli di sepanjang perbatasan Korea Selatan-Korea Utara di Paju pada Jumat (8/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) mengadakan pembicaraan tiga arah pertama dengan United Nations Command (UNC) pada Selasa (16/10), untuk membahas demiliterisasi di perbatasan. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan puncak antara para pemimpin kedua negara itu di ibu kota Korut, Pyongyang, bulan lalu.

Kedua pemimpin tersebut sepakat untuk mengadakan pembicaraan dengan UNC untuk memuluskan jalan guna mendemiliterisasi salah satu perbatasan paling dijaga di dunia. Kewenangan UNC tumpang tindih dengan pasukan AS di Korsel dan turut mengawasi urusan di Zona Demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan kedua Korea.

Pertemuan dengan UNC berlangsung selama sekitar dua jam di desa perbatasan Panmunjeom. Pertemuan dipimpin oleh para pejabat militer pangkat kolonel dari kedua belah pihak, serta sekretaris Komisi Gencatan Senjata Militer UNC, Burke Hamilton.

"Mereka membahas masalah praktis mengenai langkah-langkah demiliterisasi yang akan dilakukan di masa depan," kata Kementerian Unifikasi Korsel dalam sebuah pernyataan.

Langkah-langkah awal akan dimulai dari menarik senjata api dan mengurangi pos penjagaan untuk mengurangi jumlah personil, serta menyesuaikan peralatan pengawasan. Pembicaraan tiga arah akan digunakan untuk diskusi lebih lanjut.

Jenderal Vincent Brooks, yang memimpin UNC, mengatakan perundingan tersebut dirancang untuk menggunakan cara-cara yang ada dalam mengelola masalah di sepanjang DMZ. Tujuannya adalah untuk mencoba mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh kedua Korea.

"Saya terdorong oleh dialog produktif dan trilateral ini," kata Brooks dalam sebuah pernyataan. Ia menambahkan, pertemuan-pertemuan mendatang akan membahas mengenai langkah-langkah yang telah dilakukan kedua belah pihak.

Korut dan Korsel secara teknis masih berperang, karena Perang Korea 1950-53 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Sebagai langkah awal, keduanya akan menutup 11 pos penjagaan dalam jarak 1 km dari Garis Demarkasi Militer di perbatasan mereka pada akhir tahun ini.

Mereka mulai memindahkan ranjau darat di beberapa daerah kecil bulan ini dan akan membangun jalan untuk proyek percontohan yang ditetapkan pada April untuk menggali sisa-sisa tentara yang hilang di Perang Korea.

Kedua pihak juga akan menarik semua senjata api dari Joint Security Area (JSA) di Panmunjeom, memangkas 35 jumlah personil masing-masing yang ditempatkan di sana, dan berbagi informasi tentang peralatan pengawasan.

Wisatawan juga akan diizinkan masuk ke JSA. Langkah-langkah itu akan mengubah perbatasan menjadi tempat perdamaian dan rekonsiliasi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement