Selasa 09 Apr 2019 14:49 WIB

Lima Fakta Pemilu Israel

Pemimpin partai dengan kursi terbanyak tidak lantas menjadi perdana menteri Israel.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Warga Irael menunggu lampu lalu lintas menyala hijau di depan poster para pemimpin Partai Blue and White, (dari kiri ke kanan) Moshe Yaalon, Benny Gantz, Yair Lapid dan Gabi Ashkenazi, di Ramat Gan, Israel, Ahad (7/4).
Foto:
Pemimpin Partai Blue and White Benny Gantz berswafoto dengan pendukungnya saat kampanye di Tel Aviv, Israel, Senin (8/4). Gantz berhadapan langsung dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pemilu, 9 April 2019.

Demografi memainkan peran penting dalam pemilu Israel

Terdapat 6,3 juta pemilih Israel yang terdiri dari kelompok sosial, etnis, dan agama. Mereka menjadi faktor kunci dalam memberikan suara ketika pemilu. Populasi orang-orang religius Israel atau yang disebut dengan Haredi sebanyak lebih dari satu juta orang.

Secara tradisional, orang-orang Yahudi ultra-Ortodoks yang merpakan keturunan Eropa dan orang-orang keturunan Timur, telah menerima nasihat dari para rabi mereka dan memilih partai-partai khusus. Sementara, orang Arab Israel berjumlah seperlima dari populasi.

Survei menunjukkan bahwa kurang dari setengah populasi Arab Israel memenuhi syarat untuk memilih. Jumlah pemilih Arab Israel meningkat pada tahun 2015, ketika empat partai bergabung di bawah Joint Arab Lis, untuk mengambil 13 kursi. Tetapi daftar itu telah rusak untuk pemilihan kali ini.

Kuda hitam bisa muncul sebagai raja

Pemimpin partai ultra-nasionalis, Moshe Feiglin, dapat muncul sebagai raja dalam pembicaraan koalisi di masa depan. Jajak pendapat menunjukkan, Feiglin bisa mengamankan setidaknya empat kursi. Feiglin mengatakan, dia tidak memiliki preferensi antara Benjamin Netanyahu dan Benny Gantz

Feiglin memiliki posisi garis keras di Palestina dan ingin mendorong mereka untuk beremigrasi dari Tepi Barat dan Gaza yang diduduki. Dia juga menyerukan agar kuil Yahudi ketiga dibangun di situs suci yang diperebutkan di Yerusalem yang dikenal orang Yahudi sebagai Temple Mount. Sementara, abgi umat Islam situs suci tersebut sebagai Haram al-Sharif, yang merupakan lokasi masjid al-Aqsa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement