Senin 15 Jul 2019 15:27 WIB

Uni Eropa Ingin Iran Tetap Patuhi Kesepakatan Nuklir

Dukungan Uni Eropa untuk kesepakatan nuklir tergantung Iran.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nur Aini
Salah satu fasilitas yang diduga pembuatan nuklir di Provinsi Bushehr, Iran.
Foto: AP
Salah satu fasilitas yang diduga pembuatan nuklir di Provinsi Bushehr, Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Negara-negara Eropa termasuk Inggris telah memperingatkan bahwa dukungan mereka yang berkelanjutan untuk kesepakatan nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) bergantung pada Teheran. Negara tersebut dapat kembali sejalan dengan ketentuan-ketentuan yang membatasi persediaan uraniumnya.

Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt melakukan perjalanan ke Brussel untuk melakukan pembicaraan dengan rekan-rekan Uni Eropa (UE) mengenai Iran. Pada Senin (15/7), negara-negara yang disebut E3 yaitu Inggris, Prancis, dan Jerman dijadwalkan membahas upaya terakhir untuk menjaga JCPOA.

Baca Juga

Dalam sebuah pernyataan, E3 mengonfirmasi komitmen mereka untuk kesepakatan itu meskipun Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menarik AS keluar dari JCPOA.

"Hari ini, kami prihatin dengan risiko bahwa JCPOA semakin terurai di bawah tekanan sanksi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan mengikuti keputusan Iran untuk tidak lagi menerapkan beberapa ketentuan utama dari perjanjian tersebut," kata E3 dilansir dari Independent, Senin (15/7).

Hunt menyatakan akan melakukan segala upaya untuk menghentikan Iran dari memperoleh senjata nuklir. Hunt menyebut senjata nuklir Iran akan menimbulkan ancaman bagi umat manusia.

Sementara itu, Teheran telah mengonfirmasi bahwa pihaknya telah melanggar batas-batas cadangan uranium. Langkah itu untuk memberikan tekanan pada Eropa agar mengambil tindakan dalam mengimbangi dampak sanksi yang diberikan tahun lalu oleh Trump.

"Kami sangat prihatin dengan keputusan Iran untuk menimbun dan memperkaya uranium melebihi batas yang diizinkan. Terlebih lagi, ketiga negara kita sangat terganggu oleh serangan yang telah kita saksikan di Teluk Persia dan sekitarnya, dan oleh kemunduran keamanan di kawasan tersebut," ujar E3.

"Kami percaya bahwa waktunya telah tiba untuk bertindak secara bertanggung jawab dan mencari jalan untuk menghentikan peningkatan ketegangan dan melanjutkan dialog. Risikonya sedemikian rupa sehingga semua pemangku kepentingan harus berhenti sejenak dan mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan mereka," katanya.

Berbicara sebelum pertemuan Dewan Luar Negeri di Brussels, Hunt mengatakan, Timur Tengah sudah menjadi salah satu daerah yang paling tidak stabil di dunia. "Tetapi jika berbagai pihak dipersenjatai dengan senjata nuklir, itu akan mewakili ancaman eksistensial bagi umat manusia. Saya akan melakukan segala daya saya untuk mencegah hal itu terjadi," kata Hunt.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement