Rabu 04 Sep 2019 18:32 WIB

Iran Tekan Eropa Jelang Tenggat Kesepakatan Nuklir

Iran mengancam akan meningkatkan aktivitas nuklir jika Eropa gagal memberi solusi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Presiden Iran Hassan Rouhani
Foto: Iranian Presidency Office via AP
Presiden Iran Hassan Rouhani

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Tenggat waktu Eropa untuk memberikan solusi kepada Iran tinggal satu pekan lagi. Negeri Seribu Mullah itu pun terus menambah tekanannya. Eropa berjanji mereka akan menemukan cara agar Iran dapat menjual minyaknya meski disanksi Amerika Serikat (AS). 

Presiden Iran Hassan Rouhani mengulang kembali ancamannya. Teheran akan menambah langkah yang sudah dilakukan sebelumnya dalam melanggar ketetapan yang ada dalam kesepakatan nuklir 2015 atau yang dikenal dengan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). 

Baca Juga

Rouhani mengancam jika Eropa gagal memberikan solusi maka Iran akan mengakselerasi aktivitas nuklirnya. Ia menyebutnya sebagai langkah ketiga Iran 'yang paling penting' dalam menjauh dari JCPOA. 

"Langkah ketiga Iran sangat luarbiasa signifikan," kata Rouhani, Rabu (4/9). 

Rouhani tidak menjelaskan maksudnya tapi ia mengatakan 'dekrit akan diumumkan hari ini atau besok'. Baik Rouhani maupun Deputi Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi mengungkapkan keraguan mereka Eropa dapat mempertahankan JCPOA yang dibentuk Iran dan lima kekuatan dunia plus Jerman pada 2015 lalu. 

Sanksi yang diberlakukan AS setelah Presiden Donald Trump menarik negaranya dari JCPOA telah mengganggu ekspor minyak dan mengguncang perekonomian Iran. Sementara, apa yang tersisa dari kesepakatan itu perlahan-lahan tak dihiraukan. 

Pada waktu yang sama ketegangan di penjuru Teluk Persia terus meningkat. Pengeboman misterius kapal-kapal tanker di Selat Hormuz, dijatuhkannya drone AS oleh Iran dan pengerahan pasukan AS ke Timur Tengah terus memperuncing masalah. 

Dalam JCPOA Iran sepakat untuk membatasi uranium yang diperkaya. Ditukar dengan dicabutnya sanksi ekonomi terhadap mereka. Tapi sejak Trump menarik AS dari kesepakatan itu maka Iran pun perlahan-lahan melanggar ketetapan-ketetapan dalam JCPOA. Walaupun menegaskan mereka masih mempertahankan kerangka perjanjian tersebut. 

Pada pekan lalu Badan pengawas nuklir internasional yakni The International Atomic Energy Agency mengkonfirmasi pasokan uranium yang diperkaya Iran sudah melebihi batas yang ditetapkan JCPOA. Organisasi di bawah PBB itu mengatakan Negeri Seribu Mullah terus meningkatkan uranium yang diperkaya mereka di atas 4,5 persen. 

Di atas batas JCPOA yakni 3,67 persen. Iran membela diri dengan mengatakan angka itu masih jauh dari 90 persen, di mana uranium dapat menjadi bahan baku senjata nuklir.

Presiden Prancis Emmanuel Macron memimpin pembicaraan untuk menemukan jalan tengah dan menurunkan ketegangan antara Barat dan Iran. Untuk menekan solusi tersebut pekan ini Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif bertandang ke Moskow dan Araghchi ke Paris. 

Tampaknya perjalanan-perjalanan itu tidak cukup berarti. "Saya lihat kesimpulan dengan Eropa tidak mungkin diraih pada hari ini atau besok"," kata Rouhani. 

Dikutip kantor berita IRNA, Araghchi mengatakan negara-negara Eropa tidak mungkin mengambil langkah yang efektif. Sementara ide untuk memberikan pinjaman dengan jaminan keuntungan penjualan minyak Iran masih mengambang. 

"Eropa harus memberikan kompensasi kepada Iran sebesar 15 miliar dolar AS dalam jangka waktu 4 bulan, setelah itu Iran baru siap berbicara," katanya. 

Rouhani mengisyaratkan setelah tenggat waktu berakhir Iran akan mengambil langkah selanjutnya. Kemudian, Eropa memiliki waktu dua bulan untuk melanjutkan pembicaraan. 

"Mereka tahu apa yang kami mau, dan kami tahu apa yang mereka mau," kata Rouhani. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement