Selasa 29 Oct 2019 06:30 WIB

Mahasiswa dan Pelajar Irak Dihujani Gas Air Mata

Sudah 200 orang tewas akibat unjuk rasa di Irak.

Pengunjuk rasa melakukan pembakaran dan membuat barikade di jembatan yang mengarah ke Zona Hijau saat demonstrasi di Baghdad, Irak, Ahad (27/10).
Foto: AP Photo/Khalid Mohammed
Pengunjuk rasa melakukan pembakaran dan membuat barikade di jembatan yang mengarah ke Zona Hijau saat demonstrasi di Baghdad, Irak, Ahad (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Aparat keamanan Irak menembakkan gas air mata ke arah pelajar dan mahasiswa. Mereka mengabaikan peringatan dari perdana menteri untuk tidak melanjutkan unjuk rasa antipemerintah dalam beberapa pekan terakhir.

Para pelajar dan mahasiswa itu tetap menggelar aksi protes, padahal sudah 200 orang tewas akibat unjuk rasa tersebut. Juru bicara Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi pada Ahad (27/10) mengatakan siapa pun yang mengganggu kegiatan belajar-mengajar akan dihukum berat.

Baca Juga

Demonstrasi yang berlangsung di Irak menjadi tantangan terberat PM Mahdi sejak ia menjabat pada tahun lalu. Aksi protes massa di Baghdad dan beberapa kota terjadi sejak bulan lalu. Warga memprotes kondisi perekonomian yang memburuk di Irak. Unjuk rasa berlanjut pada Jumat setelah sempat berhenti selama dua minggu.

Ribuan rakyat Irak berkumpul di Tahrir Square, Baghdad, Ahad, menentang aksi aparat yang telah menewaskan banyak demonstran dalam waktu dua hari. Para pengunjuk rasa juga mengecam aksi aparat yang menggunakan paksaan untuk membubarkan mereka.

Para demonstran sempat khawatir insiden pada Ahad malam akan kembali berulang. Walaupun demikian, aparat hanya sesekali melemparkan selongsong gas air mata ke arah pengunjuk rasa.

Dalam waktu satu pekan terakhir, setidaknya 74 orang tewas, tetapi kekerasan terus berlanjut karena tidak ada catatan resmi mengenai korban jiwa di Baghdad atau kota lainnya pada aksi protes semalam. Walaupun demikian, beberapa pihak meyakini total jumlah korban yang tewas pada Oktober mencapai 231 jiwa. Tayangan video yang diunggah ke media sosial memperlihatkan aparat pada Senin menembakkan gas air mata ke arah pelajar di Baghdadsaat para demonstran bergerak ke wilayah lain di ibu kota. Salah satu video menunjukkan kelompok pelajar perempuan berlari dan berteriak.

Dalam video lain, lima pelajar lain di provinsi berbeda, yang sebagian besar terletak di wilayah selatan, juga ikut berunjuk rasa. "Kami turun ke jalan hari ini untuk menuntut hak yang telah dicabut sejak 2003 ketika Pemerintah Amerika Serikat menyerahkan kepada kami sekelompok pencuri," kata Abbas al-Hamzawi, mahasiswa jurusan arkeologi di wilayah selatan Kota Diwaniya.

Ia menjelaskan unjuk rasa itu bertujuan menuntut kebebasan, martabat dan penghidupan yang lebih baik. "Kami meminta agar rezim ini mundur, konstitusi ditunda dan pemerintah darurat, dibentuk," tambah Hamzawi.

Irak merupakan salah satu negara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) yang memiliki cadangan minyak besar, tetapi banyak rakyat justru hidup dalam kemiskinan. Banyak warga Irak masih hidup dengan keterbatasan air bersih, listrik, jaminan kesehatan, dan pendidikan.

Pemerintah Irak masih kesulitan memulihkan kondisi perekonomian setelah menghadapi konflik bertahun-tahun pascainvasi AS pada 2003, yang menggulingkan Saddam Husein.

Rakyat Irak menyalahkan para elit politik yang tunduk pada dua mitra utamanya, Iran dan AS. Banyak pihak menduga dua negara itu menggunakan Irak sebagai alat untuk mendapatkan pengaruh di kawasan. Bagi sebagian besar rakyat Irak, dua negara itu tidak memikirkan nasib dan masa depan mereka.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement