Pada Senin (15/2) kemarin jumlah pengunjuk rasa pun semakin mengecil. Tidak diketahui apakah karena terintimidasi oleh kehadiran tentara atau karena kelelahan setelah 12 hari berdemonstrasi. Demonstran fokus berunjuk rasa di depan gedung Bank Sentral, Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) dan China serta markas partai Suu Kyi yakni National League for Democracy. (NLD).
Polisi kabarnya melepaskan tembakan peluru karet ke pengunjuk rasa di kota Mandalay. Dalam rekaman video di media sosial terdengar suara tembakan saat massa bubar. Lalu muncul sejumlah orang yang terlihat terluka. "Kami sangat percaya pada demokrasi dan hak asasi manusia, kami tahu ini berisiko," kata aktivis mahasiswa Myo Ko Ko.
"Saya telah pindah ke tempat lain siang ini karena digeledah oleh polisi, kami berharap komunitas internasional membantu kami," tambahnya.
Mahasiswa juga berunjuk rasa di ibukota Nay Pyi Taw. Puluhan orang ditangkap dan kemudian dibebaskan. Warga sejumlah kota dilaporkan menggelar jaga malam untuk menahan serangan dari gerombolan yang kabarnya dikirim tentara untuk menimbulkan kerusuhan.
Pemerintah militer telah membebaskan puluhan ribu narapidana. Muncul kekhawatiran militer akan menggunakan sejumlah narapidana yang dibebaskan untuk menekan siapa pun yang melawan rezim.