Selasa 13 Apr 2021 01:31 WIB

Aktivis Myanmar Ajak Pembangkangan Sipil Selama Liburan

Aktivis berharap dapat menjaga momentum gerakan perlawanan kudeta Myanmar

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Demontrasi menentang kudeta militer Myanmar.
Foto:

Organisasi aktivis Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) sejak militer merebut kekuasaan pemerintah sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari lalu. Pasukan keamanan Myanmar telah menewaskan 706 orang sebanyak 46 orang di antaranya anak-anak. Mereka termasuk 82 orang yang tewas dibunuh di Kota Bago, sekitar 70 kilometer sebelah timur laut Yangon pada Jumat (9/4) lalu. AAPP menyebut insiden itu sebagai 'ladang pembantaian'.    

Terdapat laporan di media sosial mengenai penembakan yang dilakukan pasukan keamanan di barat laut Kota Tamu, Senin ini. Polisi juga dilaporkan membubarkan unjuk rasa di Kota Mandalay. Detail kekerasan sulit didapatkan karena junta membatasi jaringan internet. Juru bicara junta militer juga tidak dapat dimintai komentar.

Surat kabar yang dikelola pemerintah Global New Light of Myanmar melaporkan kekerasan di Bago terjadi karena penjarah bersenjata menyerang pasukan keamanan. Saat polisi berusaha membubarkan unjuk rasa. Koran itu melaporkan satu orang penjarah tewas.

"Granat dan amunisi yang berhasil disita membuktikan ada senjata yang digunakan," kata surat kabar itu yang telah menjadi corong militer selama bertahun-tahun.

Suu Kyi yang ditahan sejak kudeta berlangsung tampil dalam sambungan video untuk hadir dipersidangannya. Ia didakwa melanggar pasal undang-undang kerahasiaan negara yang sudah ada sejak zaman kolonial. Bila dinyatakan bersalah, ia dapat dihukum penjara hingga 14 tahun.

Ia juga didakwa melanggar protokol kesehatan virus corona, memiliki talkie-walkie ilegal dan dituduh menyuap dewan militer yang berkuasa. Pengacaranya mengatakan dakwaan terhadap kliennya dibuat-buat. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement