Sejak militer melakukan kudeta pada awal Februari lalu, kota-kota di Myanmar diguncang gelombang demonstrasi pro-demokrasi. Militer merespons aksi tersebut secara brutal dan represif. Sejauh ini, setidaknya 756 warga dilaporkan tewas akibat kekerasan militer.
Tak hanya itu, sejak kudeta, pertempuran antara militer dan kelompok pemberontak etnis juga berkobar kembali. Militer melancarkan banyak serangan udara di wilayah perbatasan utara dan timur negara tersebut.
Dalam KTT ASEAN yang digelar di Jakarta akhir pekan lalu, tercapai lima poin konsensus terkait krisis di Myanmar. Intinya berisi pengambilan langkah-langkah untuk mengakhiri kekerasan dan mempromosikan dialog antara para jenderal militer dan tokoh atau pemimpin sipil di sana.
Junta militer Myanmar menolak untuk menerima proposal tersebut. Namun, mereka mengatakan akan mempertimbangkannya ketika situasinya stabil serta memberikan rekomendasi yang memfasilitasi peta jalan militer sendiri.