Senin 06 Sep 2021 15:05 WIB

Menduga Sebab Awal Kudeta Guinea

Kemiskinan dan korupsi endemik telah mendorong terjadinya kudeta di Guinea

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Dalam gambar yang diambil dari video ini, sebuah truk militer terlihat di dekat istana kepresidenan di ibu kota Conakry, Guinea, Minggu, 5 September 2021.
Foto:

Perkembangan selanjutnya justru militer menguasai televisi dan radio pemerintah. Kolonel tentara dan rekan-rekannya menyatakan komitmen mereka terhadap nilai-nilai demokrasi dan mengumumkan nama baru mereka: The National Committee for Rally and Development.

Kudeta ini adalah kemunduran dramatis bagi Guinea. Sebab banyak yang berharap negara itu mengubah halamannya tentang perebutan kekuasaan militer yang pernah terjadi sebelumnya.

Kemenangan pemilu 2010 Conde seharusnya menjadi awal baru bagi negara yang telah terperosok oleh pemerintahan korup, otoriter, dan kekacauan politik selama beberapa dekade. Kemenangan Conde pada 2010 merupakan pemungutan suara demokratis pertama di negara itu.

Namun, pada tahun-tahun sejak itu para penentang mengatakan Conde juga gagal memperbaiki kehidupan rakyat Guinea. Mereka sebagian besar hidup dalam kemiskinan meskipun negara itu kaya akan mineral bauksit dan emas.

Setahun setelah pemilihan pertamanya, Conde nyaris lolos dari upaya pembunuhan setelah orang-orang bersenjata mengepung rumahnya dan membombardir kamarnya dengan roket. Granat berpeluncur roket mendarat di dalam kompleks dan salah satu pengawalnya tewas. Conde kemudian menjabat lagi pada 2015 dan maju kembali pada pemilihan umum 2020 pada Oktober.

Guinea memang memiliki sejarah panjang ketidakstabilan politik. Pada 1984, Lansana Conte mengambil alih negara setelah pemimpin pertama pasca-kemerdekaan meninggal. Dia tetap berkuasa selama seperempat abad sampai kematiannya pada 2008. Dia dituduh menyedot kas negara untuk memperkaya keluarga dan teman-temannya.

Kudeta kedua di negara itu segera menyusul, menempatkan Kapten Angkatan Darat Moussa “Dadis” Camara sebagai penanggung jawab. Selama pemerintahannya, pasukan keamanan menembaki demonstran di sebuah stadion di Conakry yang memprotes rencananya untuk mencalonkan diri sebagai presiden.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan lebih dari 150 orang tewas dan sedikitnya 100 wanita diperkosa. Camara kemudian diasingkan setelah selamat dari upaya pembunuhan. Pemerintah transisi menyelenggarakan pemilihan penting 2010 yang dimenangkan oleh Conde.

sumber : Reuters/AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement