Senin 08 Nov 2021 13:31 WIB

Milisi Pro Iran di Balik Serangan PM Irak atau Adu Domba?

Situasi di Irak kembali memanas setelah serangan ke PM Musfafa al-Khadhimi.

Rep: Dwina Agustin/Lintar/ Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Irak yang baru terpilih Mustafa al-Kadhimi.
Foto:

Sebelum pemilihan, pria berusia 54 tahun ini menjadi tuan rumah beberapa putaran pembicaraan antara musuh regional Iran dan Arab Saudi di Baghdad dalam upaya untuk meredakan ketegangan regional.

Klaim kecurangan pemilih yang tidak berdasar telah membayangi pemungutan suara. Kebuntuan dengan para pendukung milisi juga telah meningkatkan ketegangan di antara faksi-faksi Syiah yang bersaing yang dapat meluas menjadi kekerasan dan mengancam stabilitas relatif Irak.

Pemilihan itu diadakan beberapa bulan lebih cepat dari jadwal sebagai tanggapan atas protes massal pada akhir 2019. Dalam protes itu menyaksikan puluhan ribu orang di Baghdad dan provinsi-provinsi selatan yang didominasi Syiah berunjuk rasa menentang korupsi endemik, layanan yang buruk, dan pengangguran. Mereka juga memprotes campur tangan keras negara tetangga Iran dalam urusan Irak melalui milisi yang didukung Iran.

Milisi kehilangan popularitas sejak pemungutan suara 2018, ketika mereka memperoleh keuntungan besar dalam pemilu. Banyak yang menganggap kelompok tersebut bertanggung jawab karena menekan protes 2019 dan karena menentang otoritas negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement