Sabtu 13 Nov 2021 10:52 WIB

Krisis Pengungsi di Belarusia-Polandia, Apa Penyebabnya?

Ribuan pengungsi di perbatasan Belarusia-Polandia terjebak dalam kondisi mengenaskan

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Ribuan imigran yang terjebak di perbatasan Belarusia berebut bantuan kemanusiaan di Grodno, Belarusia, 11 November 2021. Ribuan pengungsi di perbatasan Belarusia-Polandia terjebak dalam kondisi mengenaskan dan frustrasi.
Foto:

Beberapa imigran menggunakan sekop dan pemotong kawat untuk mencoba menerobos pagar kawat. Pihak berwenang Polandia mencegah ratusan orang yang mencoba masuk. Delapan orang dikonfirmasi meninggal dunia dan suhu udara turun hingga ke tingkat yang membekukan.

Uni Eropa telah menunjukkan solidaritas pada Polandia, Lithuania, dan Latvia. Pejabat-pejabat Uni Eropa berharap dapat menggelar pembicaraan mengenai sanksi ke Belarusia berikutnya.

Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan untuk pertama kalinya blok itu mempertimbangkan kemungkinan membiayai 'infrastruktur fisik' di perbatasan seperti penghalang atau pagar. Pengamat mengatakan pendekatan keras Lukashenko mungkin menjadi bumerang.

"Taktik brutal semacam ini akan membuat Belarusia racun dan menunda prospek pembicaraan dengan Uni Eropa. Politisi Eropa tidak akan terlibat dalam pembicaraan di bawah tekanan," kata pengamat politik Belarusia yang terpaksa meninggalkan negara itu karena tekanan pemerintah, Artyom Shraybman.

Kepala lembaga think-tank Center for Political Analysis and Prognosis yang bermarkas di Polandia, Pavel Usau, mengatakan Lukashenko salah jika ia mengira dapat menekan Uni Eropa untuk mendapatkan konsesi.

"Lukashenko berharap Uni Eropa menyerah pada tekanan dan meminta Polandia untuk membiarkan para migran menyeberang ke Jerman, tapi Uni Eropa sadar itu membiarkan Lukashenko muncul sebagai pemenang dan mendorongnya untuk mengambil langkah berikutnya, menambah jumlah imigran hingga puluhan ribu," katanya.

Oposisi Belarusia menekan Uni Eropa untuk mengambil langkah yang lebih tegas, seperti embargo perdagangan dan melarang transit kargo ke Belarusia. Belarusia mendapat dukungan kuat dari sekutu utamanya, Rusia. Moskow membantu pemerintah Lukashenko bertahan dengan pinjaman dan dukungan politik.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan gelombang imigran ditimbulkan perang Amerika Serikat di Irak dan Afghanistan. Serta revolusi Arab Spring yang didukung Barat di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Ia menantang Uni Eropa menawarkan bantuan finansial ke Belarusia untuk menghadapi gelombang imigran. Pada saat yang sama, Kremlin berang dengan klaim Polandia yang menyatakan Rusia bertanggung jawab atas krisis imigran ini.

Usau mengatakan Rusia dapat melangkah sebagai mediator dalam harapan memperbaiki hubungan dengan Jerman dan negara-negara Uni Eropa lainnya. Belarusia memperkirakan menampung 5.000 hingga 20 ribu imigran dari Timur Tengah dan Afrika.

Banyak yang telah kehabisan uang dan semakin frustrasi saat musim dingin kian mendekat. Warga Belarusia tidak nyaman dengan kehadiran mereka sehingga menambah tekanan pihak berwenang untuk bertindak. Sejumlah pengamat memprediksi Lukashenko akan meningkatkan krisis dan menekan Uni Eropa melonggarkan sanksi.

"Minimalnya Lukashenko ingin membalas dendam pada Uni Eropa dan maksimalnya ia ingin melonggarkan sanksi-sanksi Eropa yang telah menjadi pukulan keras bagi industri-industri penting Belarusia," kata pengamat independen Valery Karbalevich.

"Pihak berwenang Belarusia tidak berhasil membujuk Uni Eropa terlibat dalam pembicaraan dan tawar-menawar dan imigran hanya instrumen serangan hibrid dari Minsk. Lukashenko tidak rugi apa-apa, ia tidak lagi mengkhawatirkan reputasinya," tambah Karbalevich.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement