Senin 29 Nov 2021 18:52 WIB

Trump: Saya Ingin Pertahankan Bagram karena China

Trump yakin setelah pangkalan tak dikuasai AS, China tertarik ambil alih Bagram.

Rep: Fergi Nadira/Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Mantan Presiden AS Donald Trump.
Foto:

Selain itu, Trump juga mengecam mantan presiden Afghanistan Ashraf Ghani. Trump menyebutnya penjahat karena diduga mencoba menyelundupkan lebih banyak uang ke luar negeri ketika dia melarikan diri.

Trump sebelumnya juga telah mengecam cara pemerintahan Biden menangani penarikan pasukan dan upaya evakuasi. Dia pun sudah menawarkan pandangannya tentang bagaimana masalah itu seharusnya ditangani untuk meminimalkan kekacauan.

"Pertama Anda membawa keluar semua warga Amerika. Kemudian Anda mengeluarkan SEMUA peralatan. Kemudian Anda mengebom pangkalan menjadi berkeping-keping, DAN KEMUDIAN ANDA MEMBAWA MILITER. Anda tidak melakukannya dalam urutan terbalik seperti yang dilakukan Biden dan Jenderal kami yang terbangun. Tidak ada kekacauan, tidak ada kematian mereka bahkan tidak akan tahu kita pergi!" kata Trump.

Pergi tanpa pamit

Pada awal Juli, orang Amerika menyelinap keluar dari Pangkalan Udara Bagram di tengah malam tanpa pamit setelah hampir 20 tahun di sana. Pejabat militer Afghanistan mengatakan mereka melakukannya secara rahasia, mematikan listrik, dan meninggalkan fasilitas untuk penjarah mengais sebelum pasukan Afghanistan dapat menguasai pangkalan itu lagi.

Sementara orang Afghanistan mengatakan bahwa Amerika tidak pernah berkonsultasi dengan mereka sebelum meninggalkan pangkalan. Juru Bicara Pentagon John Kirby mengeklaim bahwa penarikan itu tidak dilakukan dalam semacam selubung kerahasiaan. Namun memang waktu yang tepat dari keberangkatan pasukan tidak dibagikan sebelumnya dengan Pejabat Afghanistan karena masalah keamanan.

Bagram terletak sekitar 60 kilometer dari Kabul. Pada 15 Agustus, Taliban memasuki ibu kota Afghanistan, Kabul. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengundurkan diri dan meninggalkan negara itu untuk mencegah apa yang digambarkan sebagai pertumpahan darah jika para militan harus berjuang untuk kota itu. Sebagian besar negara telah mengurangi atau mengevakuasi misi diplomatik di Kabul.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken berulang kali menyatakan bahwa mantan Presiden Donald Trump telah menegosiasikan perjanjian penarikan pasukan asing dengan Taliban. Menurut Blinken, pemerintahan Presiden Joe Biden tidak dapat menegosiasikan ulang karena ada ancaman dari Taliban untuk melanjutkan pembunuhan terhadap orang Amerika.

“Tidak ada bukti bahwa, perpanjangan tenggat waktu akan membuat pasukan keamanan Afghanistan atau pemerintah Afghanistan lebih tangguh atau mandiri.

Kami mewarisi tenggat waktu. Kami tidak mewarisi rencana," kata Blinken, yang merujuk pada kesepakatan pemerintahan Trump untuk menarik semua pasukan AS dari Afghanistan pada 1 Mei.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement