Ahad 05 Dec 2021 14:42 WIB

Militer Myanmar Tabrakkan Mobil ke Kerumunan Aksi Protes

Militer Myanmar tabrakkan mobil ke kerumunan protes antikudeta pada Ahad (5/12).

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Demonstran berbaris di jalan selama protes di Yangon, Myanmar. Militer Myanmar tabrakkan mobil ke kerumunan protes anti-kudeta pada Ahad (5/12). Ilustrasi.
Foto:

Bulan lalu, tujuh negara menyerukan larangan penjualan senjata kepada militer Myanmar dan prihatin dengan peningkatan eskalasi kekerasan di negara tersebut. Tujuh negara itu, yakni Amerika Serikat (AS), Australia, Kanada, Selandia Baru, Norwegia, Korea Selatan, dan Inggris.

"Kami menegaskan kembali keprihatinan kami atas laporan pelanggaran hak asasi manusia yang sedang berlangsung dan pelanggaran oleh Pasukan Keamanan Myanmar, termasuk laporan kredibel tentang kekerasan seksual dan penyiksaan, terutama di Negara Bagian Chin, Wilayah Sagaing, dan Wilayah Magwe," demikian pernyataan bersama tujuh negara tersebut dilansir Anadolu Agency.

Militer Myanmar telah membakar rumah, gereja, dan panti asuhan di Desa Thantlang di Negara Bagian Chin. Mereka juga menargetkan serangan terhadap kelompok-kelompok kemanusiaan. Lebih dari 40 ribu orang dilaporkan telah mengungsi di Negara Bagian Chin dan 11 ribu di Wilayah Magwe akibat kekerasan belum lama ini.

Ketujuh negara itu juga menyuarakan keprihatinan tentang tuduhan penimbunan senjata dan serangan oleh militer terhadap penduduk sipil. Termasuk bentrokan di negara bagian Rakhine pada awal November. Ketujuh negara tersebut mendesak militer Myanmar menghentikan semua pelanggaran hak asasi manusia dan kekerasan terhadap penduduk sipil.

Mereka juga menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menangguhkan semua dukungan operasional kepada militer Myanmar. Termasuk menghentikan pengiriman senjata, material, peralatan penggunaan ganda, dan bantuan teknis kepada militer.

"Kami mendorong masyarakat internasional bekerja sama mencegah kekejaman pada masa depan di Myanmar, termasuk dengan mendukung keadilan dan akuntabilitas bagi mereka yang bertanggung jawab atas kekejaman," begitu pernyataan tujuh negara itu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement