Selasa 07 Dec 2021 03:14 WIB

Kekuatan Militer Jepang dan Potensi Ancaman China-Rusia

Jepang terus meningkatkan kemampuan dan persenjataan militer

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nashih Nashrullah
Jepang terus meningkatkan kemampuan dan persenjataan militer. Rudal Patriot milik Angkatan Beladiri Jepang
Foto:

Penambahan ini akan membawa total pengeluaran pertahanan 2021 menjadi 6,1 triliun yen. Jumlah tersebut naik 15 persen dari tahun sebelumnya, dan 1,09 persen dari PDB Jepang. 

Kondisi tersebut sudah berjalan selama lebih dari delapan tahun pemerintahan mantan Perdana Menteri Shinzo Abe yang konservatif. 

Dia secara signifikan memperluas peran dan anggaran militer. Abe juga memperlunak Pasal 9 konstitusi yang menolak perang pada  2015, yang memungkinkan Jepang untuk membela Amerika Serikat dan negara-negara mitra lainnya. 

Tokyo dengan cepat meningkatkan peran militernya dalam aliansinya dengan Washington. Jepang pun melakukan lebih banyak pembelian senjata dan peralatan Amerika Serikat yang mahal, termasuk jet tempur dan pencegat rudal. 

Kisida sendiri mengatakan selama tinjauan pasukan pertama bahwa akan mempertimbangkan semua opsi. Itu termasuk kemungkinan mengejar kemampuan serangan pre-emptive untuk lebih meningkatkan kekuatan pertahanan Jepang. 

Tidak semua orang setuju dengan tindakan tersebut. Para kritikus, baik tetangga Jepang maupun di dalam negeri, mendesak Tokyo untuk belajar dari masa lalunya dan mundur dari ekspansi militer. 

Ada juga kewaspadaan domestik atas senjata nuklir. Negara ini tidak memiliki penangkal nuklir, tidak seperti militer global top lainnya. Selain itu, untuk mentasai itu, Tokyo bergantung pada pertahanan nuklir dari Washington. 

Meski begitu, saat ini Jepang berada di peringkat kelima secara global dalam kekuatan militer secara keseluruhan. Negara ini berada di belakang Amerika Serikat, Rusia, China, dan India. Sedangkan anggaran pertahanannya berada di peringkat keenam dalam peringkat tahun 2021 dari 140 negara oleh situs peringkat Global Firepower. 

"Jepang menghadapi risiko berbeda yang datang dari berbagai bidang,” kata pakar pertahanan dan profesor di Institut Studi Dunia di Takushoku University di Tokyo Heigo Sato. 

Baca juga: 5 Dalil Tegaskan Rasulullah SAW Bukan Penebus Dosa Umatnya

Di antara risiko tersebut adalah peningkatan Korea Utara untuk menguji rudal bertenaga tinggi dan senjata lainnya. Ada pula provokasi oleh kapal penangkap ikan dan kapal penjaga pantai Cina yang bersenjata, hingga penyebaran rudal dan pasukan angkatan laut Rusia. 

 

Salah satu rudal Korea Utara terbang di atas Hokkaido, mendarat di Pasifik pada 2017. Pada September, rudal yang lain jatuh dalam zona ekonomi eksklusif 200 mil laut di barat laut Jepang.    

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement