Kamis 09 Dec 2021 20:14 WIB

Ogah Ikuti AS, Prancis Pilih tak Boikot Diplomatik Olimpiade China

Prancis menilai olahraga adalah dunia terpisah yang perlu dilindungi dari politik.

Rep: Kamran/Lintar/Dwina/ Red: Teguh Firmansyah
 Pemandangan menunjukkan platform lompat ski untuk Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 di Taman Shougang di Beijing, Cina, 19 November 2021.
Foto:

Presiden Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach mengatakan, dia tetap netral secara politik mengenai masalah tersebut. Sebab fokus Bach adalah partisipasi para atlet. Sementara itu, Rusia mengkritik langkah boikot diplomatik yang diambil AS. Menurut Moskow, Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 harus bebas dari politik.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah menerima undangan Presiden Cina Xi Jinping untuk hadir dalam acara pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan China sejatinya menyadari kekhawatiran lama Barat tentang hak asasi manusia (HAM) di negara itu. "(Jadi) seharusnya tidak mengejutkan bahwa kami memutuskan untuk tidak mengirim perwakilan diplomatik," katanya.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga menyampaikan hal sama.  "Akan ada boikot diplomatik yang efektif terhadap Olimpiade Musim Dingin di Beijing, tidak ada menteri yang diharapkan hadir dan tidak ada pejabat," ujar Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

AS merupakan negara pertama yang menyampaikan boikot diplomatik. AS, Inggris, dan Australia tergabung dalam AUKUS. Kelompok kerja sama ini dibentuk untuk menyaingi China di kawasan Indo Pasifik.

Sikap sama

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan Uni Eropa harus menemukan respon bersama dalam isu memboikot Olimpiade Musim Dingin di China. Kanada, Amerika Serikat (AS), dan Inggris sudah memutuskan tidak mengirimkan delegasi resmi mereka ke Beijing.

Baerbock mengatakan kasus pemain tenis China Peng Shuai yang belum diketahui keberadaannya menjadi keprihatinan internasional. Peng menghilang setelah menuduh mantan petinggi Partai Komunis China melecehkannya. Baerbock menambahkan kasus tersebut harus dikejar.

"Ketika perempuan mengangkat pelecehan semacam itu, maka harus didengar dalam konteks internasional, kita harus mengejar kasusnya dan mencapai jawaban bersama," kata Baerbock di Paris dalam kunjungan luar negeri pertamanya sebagai menteri, Kamis (9/12).

Dalam kesempatan tersebut Baerbock juga membahas tentang ketegangan Rusia-Ukraina. Ia mengatakan Rusia tidak boleh melanggar perbatasan Ukraina.  "Integritas wilayah Ukraina tidak dapat dinegosiasikan," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement