Rabu 05 Jan 2022 14:55 WIB

Etnis Uighur di Turki Gugat Pejabat China

China menilai gerakan Turkistan Timur mengancam stabilitas wilayah Xinjiang.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
 Seorang pengunjuk rasa dari komunitas Uighur yang tinggal di Turki mengibarkan bendera Turki saat protes terhadap kunjungan Menteri Luar Negeri China Wang Yi ke Turki, di Istanbul, Kamis, 25 Maret 2021.
Foto:

Salah satu orang etnis Uighur yang mengajukan gugatan, Medine Nazimi, mengatakan, saudara perempuannya telah diculik pada 2017. Sejak itu, dia tidak pernah mendengar kabar dari saudara perempuannya tersebut.  "Adik saya dan saya adalah warga negara Turki, jadi saya ingin pemerintah saya menyelamatkan saudara perempuan saya,” kata Nazimi.

Beberapa orang Uighur yang tinggal di Turki telah mengkritik pendekatan Ankara ke Cina, setelah kedua negara menyepakati perjanjian ekstradisi.

Menteri luar negeri Turki mengatakan, membantah bahwa kesepakatan itu akam menyebabkan orang-orang Uighur dikirim kembali ke China.

Beberapa pemimpin oposisi Turki menuduh pemerintah mengabaikan hak-hak Uighur demi kepentingan lain dengan Cina. Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menekankan kepada Presiden Cina Xi Jinping bahwa, Muslim Uighur harus hidup berdampingan sebagai warga negara yang setara dengan warga negara Cina.

Namun di sisi lain, Erdogan mengatakan, Turki menghormati kedaulatan nasional Cina. Pakar PBB dan kelompok hak asasi memperkirakan, lebih dari satu juta orang, terutama etnis Uighur dan minoritas Muslim lainnya, telah ditahan di sejumlah kamp penahanan di Xinjiang dalam beberapa tahun terakhir.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement