Senin 17 Jan 2022 18:44 WIB

Taliban Dinilai Lembagakan Diskriminasi Terhadap Wanita

Taliban terus menerus dan sistematis berupaya mengecualikan perempuan Afganistan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Anak-anak perempuan berjalan ke atas saat mereka memasuki sekolah sebelum kelas di Kabul, Afghanistan, Ahad (12/9).
Foto:

Pada Ahad (16/1/2022) lalu, puluhan wanita Afghanistan kembali menggelar demonstrasi menuntut pemenuhan hak mereka di bidang pekerjaan dan pendidikan kepada pemerintahan Taliban. Demonstrasi yang diikuti sekitar 20 wanita Afghanistan itu berlangsung di depan Universitas Kabul. Mereka meneriakkan “kesetaraan dan keadilan” seraya membentangkan spanduk bertuliskan “hak-hak perempuan dan hak asasi manusia (HAM)”.

Saat sedang melangsungkan aksinya, sekelompok anggota Taliban menyambangi lokasi demonstrasi. “Ketika kami berada di dekat Universitas Kabul, tiga kendaraan Taliban datang, dan anggota dari salah satu kendaraan menggunakan semprotan merica pada kami,” kata seorang pengunjuk rasa yang enggan dipublikasikan identitasnya, dikutip Al Arabiya.

Dia mengaku turut terkena semprotan merica tersebut. “Mata kanan saya mulai terasa panas. Saya memberi salah satu dari mereka ‘Tak tahu malu’, dan kemudian dia mengarahkan pistolnya ke saya,” ucapnya.

Seorang saksi di lokasi kejadian mengungkapkan, anggota Taliban turut merebut ponsel dari seorang pria yang merekam unjuk rasa tersebut. Wanita-wanita Afghanistan telah beberapa kali menggelar demonstrasi untuk menuntut pemenuhan hak mereka sejak Taliban berkuasa pada Agustus tahun lalu.

Pada 16 Desember tahun lalu, misalnya, puluhan wanita Afghanistan di Kabul menggelar unjuk rasa untuk menuntut hak atas pendidikan, pekerjaan, dan perwakilan politik dari pemerintahan Taliban. Meski kegiatan protes publik secara efektif dilarang oleh pemerintahan Taliban, tapi otoritasnya memberikan izin bagi mereka untuk berunjuk rasa. Dalam aksinya, mereka meneriakkan, “makanan, karier, dan kebebasan”.

Di antara peserta aksi, ada pula yang mengacungkan papan bertuliskan tuntutan agar perempuan mendapatkan jabatan politik. Meskipun diizinkan untuk menggelar protes, mereka tak menampik tetap ada rasa ketakutan kepada pemerintahan Taliban. “Ketakutan selalu ada, tapi kita tidak bisa hidup dalam ketakutan. Kita harus melawan ketakutan kita,” kata Shahera Kohistan (28 tahun), salah satu perempuan yang berpartisipasi dalam aksi demonstrasi di Kabul.

Sejak mengambil alih kekuasaan di Afghanistan, Taliban belum memenuhi janjinya terkait perlindungan dan pemenuhan hak-hak wanita Afghanistan. Hak itu mencakup pendidikan, pekerjaan, dan partisipasi atau perwakilan politik. Sebaliknya, Taliban justru memperkenalkan peraturan yang mengekang aktivitas wanita. Pada Desember tahun lalu, misalnya, Taliban memutuskan bahwa wanita yang bepergian lebih dari 72 kilometer harus ditemani anggota keluarga dekat pria.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement