Jumat 04 Mar 2022 00:37 WIB

Perjalanan Lintas Batas Anak-Anak dan Penyandang Disabilitas Ukraina 

Para pengungsi terus melarikan diri dari Ukraina ke negara tetangga.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Seorang warga Ukraina bersama bayinya melintas di perbatasan di Medyka, Polandia, Kamis (3/3/2022).
Foto:

Seorang ibu bernama Julia (32 tahun), mencoba menenangkan putranya yang berusia 3 tahun dan mengalami demam.  Julia merasa tidak berdaya, tetapi bangga telah membuat keputusan untuk membantu keluarganya.

“Saya bisa melindungi keluarga saya, tetapi saya tidak ingin meninggalkan negara saya.  Tetapi saya harus menemukan cara lain untuk melindungi keluarga saya,” kata Julia kepada The Associated Press.

Para pengungsi terus melarikan diri dari Ukraina ke negara tetangga Rumania melalui penyeberangan perbatasan Siret. Mereka menantang salju dan suhu di bawah titik beku. Seorang sukarelawan Palang Merahbdi Siret, Alina Onica (41 tahun), mengatakan, cuaca dingin dan salju semakin menambah tantangan dan kebutuhan para pengungsi yang terlantar akibat perang.

“Itu membuatnya lebih sulit karena banyak yang meninggalkan rumah mereka beberapa hari yang lalu, dan hanya mengenakan pakaian yang melekat di tubuh mereka. Mereka meminta sarung tangan, topi, dan selimut. Ini adalah krisis kemanusiaan dan kami berharap ini akan segera berakhir," kata Onica.

photo
A woman holds her newborn baby inside a basement used as a bomb shelter at the Okhmadet childrens hospital in central Kyiv, Ukraine, Monday, Feb. 28, 2022. Explosions and gunfire that have disrupted life since the invasion began last week appeared to subside around Kyiv overnight, as Ukrainian and Russian delegations met Monday on Ukraine’s border with Belarus. Its unclear what, if anything, those talks would yield. Terrified Ukrainian families huddled in shelters, basements or corridors, waiting to find out. - (AP/Emilio Morenatti)

Seorang pengungsi lainnya, Nastya Kononchu berharap dapat mencapai ibukota Bulgaria, Sofia. Kononchu berasal dari kota Laut Hitam, Odesa tetapi tinggal di Kiev. Dia diantar oleh suaminya ke perbatasan Rumania untuk mengungai. Tetapi suami Kononchu tetapi tinggal di Ukraina untuk bergabung dengan angkatan bersenjata dan berperang membela tanah airnya.

“Itu adalah jalan yang sangat panjang dan sangat menakutkan,” ujar Kononchu yang menceritakan tentang perjalanannya. 

Kononchu mendengar suara rudal di sekelilingnya. Namun dia tidak tahu apakah itu rudal milik Rusia atau Ukraina. "Kami tidak mengerti, Apakah (rudal) itu milik kita atau musuh?" ujarnya.

Pengungsi lainnya, Victoria Baibara, meninggalkan Kiev dua hari lalu bersama putranya yang berusia 6 tahun. Dia mengungsi setelah menyaksikan peningkatan pengeboman di ibu kota, Kiev. Baibara tiba di Rumania pada Rabu dan akan melakukan perjalanan ke Istanbul untuk tinggal bersama teman-temannya.

“Sangat sulit bagi seorang anak, kami tidak dapat menjelaskan kepadanya mengapa kami harus meninggalkan rumah kami, mengapa kami mendengar bom ini. Dia sangat ketakutan. Saya juga sangat takut. Sangat dingin dan sulit untuk tinggal bersama seorang anak di tengah salju dan cuaca dingin," ujar Baibara.

Pengungsi lainnya, Marya Unhuryan, dari Chernivsti di Ukraina barat, datang dengan mobil ke Siret bersama putrinya yang berusia 9 tahun. Dia mengungsi bersama kerabat lainnya, dan semuanya perempuan.

 “Saya merasakan banyak rasa sakit untuk negara saya dan rakyat saya. Dia berusia 9 tahun dan dia tidak mengerti situasinya. Dia hanya ingin makan pizza di Italia dan pergi ke Disney di Prancis," kata Unhuryan. 

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement