Klaim Tony Radakin menggemakan laporan intelijen Inggris yang terbaru, mengatakan beberapa kelompok taktis batalyon Rusia (BTG) biasanya didirikan sekitar 600 hingga 800 personel. Tapi sekarang hanya mampu mengerahkan sedikitnya 30 tentara saja.
Meskipun Rusia mencapai keberhasilan taktis di Donbas, keberhasilan baru-baru ini datang dengan “biaya dan sumber daya yang signifikan” dan dengan memusatkan kekuatan serta tembakan pada satu bagian dari keseluruhan kampanye.
"Diukur dengan rencana awal Rusia, tidak ada tujuan strategis yang tercapai. Agar Rusia dapat mencapai segala bentuk kesuksesan akan membutuhkan investasi tenaga besar dan peralatan yang berkelanjutan, dan kemungkinan akan memakan waktu lebih lama,” tulis sebuah laporan.
Bantah invasi Rusia
Dengan latar belakang kritik yang tampaknya universal terhadap kampanye yang sudah hampir empat bulan dilakukan Rusia, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, melakukan wawancara dengan BBC pada Kamis lalu.
"Kami tidak menginvasi Ukraina,” klaim Sergei Lavrov.
"Kami mendeklarasikan operasi militer khusus karena kami sama sekali tidak memiliki cara lain untuk menjelaskan kepada barat bahwa menyeret Ukraina ke NATO adalah tindakan kriminal," kata Sergei Lavrov.
Mengatasi hubungan Moskow dengan Inggris, Sergei Lavrov menyatakan dia tidak lagi percaya ada "ruang untuk manuver."
“Karena (Boris) Johnson dan (Liz) Truss menyatakan secara terbuka bahwa kita harus mengalahkan Rusia, kita harus memaksa Rusia bertekuk lutut. Ayo, lakukanlah.”
Kremlin pada Kamis lalu memperingatkan terhadap pasokan senjata Barat ke Ukraina ketika presiden Prancis Emmanuel Macron, kanselir Jerman Olaf Scholz, dan perdana menteri Italia Mario Draghi, mengunjungi Kyiv.
"Saya berharap para pemimpin ketiga negara bagian ini dan presiden Rumania tidak hanya fokus mendukung Ukraina dengan lebih lanjut memompa Ukraina dengan senjata,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, seraya menambahkan bahwa itu sama sekali tidak berguna dan akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut bagi negara.