Sabtu 03 Sep 2022 03:28 WIB

Ekspor Kendaraan Bekas Jepang ke Rusia Melonjak

Jepang mengekspor sekitar 17.000 kendaraan bekas ke Rusia pada Juni.

Ilustrasi ekspor mobil. Ekspor kendaraan bekas Jepang ke Rusia, yang dibebaskan dari sanksi terkait invasi Moskow ke Ukraina, melonjak ke tingkat tertinggi dalam lebih dari satu dekade terakhir.
Foto:

Nilai ekspor kendaraan bekas itu mencapai 19 miliar yen (sekitar Rp 2,01 triliun), atau sedikitnya 3,5 kali lebih tinggi dibandingkan pada Maret.

Pertumbuhan ekspor kendaraan bekas dari Toyama ke Rusia sangat besar, mencapai 13,7 miliar yen pada Juni, yakni naik hampir empat kali lipat dari Maret. Toyama kemungkinan akan semakin penting karena pelabuhan di prefektur itu adalah tujuan favorit kapal Rusia yang mengisi kekosongan ketika kapal-kapal yang digunakan oleh perusahaan Jepang menghentikan operasi ke Rusia terkaitinvasi Moskow ke Ukraina.

Katsunori Okamoto, profesor geografi manusia di Institut Teknologi Nasional Toyama College yang memiliki pengetahuan tentang bisnis ekspor mobil bekas, mengatakan ekspor kendaraan bekas ke Rusia merosot setelah Moskow menaikkan pajak impor pada Januari 2009. Efek yang tersisa dari krisis keuangan global 2007-2008 juga menekan permintaan, ujarnya.

Namun, karena perusahaan asing pembuat mobil menangguhkan operasi pabriknya di Rusia selama perang di Ukraina, masyarakat Rusia tidak dapat membeli kendaraan baru sehingga permintaan kendaraan bekas telah melonjak, kata Okamoto.

Seorang pejabat di Asosiasi Eksportir Kendaraan Bekas Jepang menyebutkan alasan lain orang Rusia membeli kendaraan bekas Jepang. "Masyarakat Rusia memiliki sejarah tidak memercayai pemerintah atau mata uang mereka, dan memiliki kecenderungan untuk mengubah uang tunai menjadi apartemen, mobil, atau komoditas lain pada saat krisis," kata pejabat tersebut.

Dia mengatakan kecil kemungkinan bahwa mobil Jepang, mengingat reputasi keandalannya, akan turun harganya.

"Sulit untuk membayangkan bahwa ekspor (kendaraan bekas) akan turun tajam (dalam waktu dekat), tetapi situasi politik masih sangat tidak stabil," kata Okamoto, memperingatkan.

Sanksi pemerintah Jepang sejalan dengan sanksi Uni Eropa dan Amerika Serikat. Jika sanksi terhadap Rusia akhirnya diperketat, Tokyo kemungkinan akan mengikuti langkah mereka itu.

 

Selain itu, sulit juga untuk meramalkan bagaimana perang yang terus berlarut-larut antara Rusia dan Ukaraina akan berakhir. "Politik memengaruhi bisnis. Saya membayangkan bahwa perusahaan yang terlibat dalam perdagangan mobil bekas selalu siap menghadapi perubahan," ujar Okamoto.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement