Aksi unjuk rasa serupa juga digelar di dua lokasi lain di Teheran dan beberapa kota lainnya, termasuk di Isfahan dan Rasht. Serangan racun ini terjadi saat penguasa Iran menghadapi aksi unjuk rasa anti-pemerintah, yang dipicu kematian seorang perempuan muda di tahanan polisi moral.
Unggahan media sosial beberapa hari terakhir menunjukkan foto dan video para siswi jatuh sakit, mual dan jantung berdebar-debar. Beberapa mengeluhkan sakit kepala.
Kantor Hak Asasi Manusia PBB meminta penyelidikan atas kasus ini digelar terbuka. Jerman dan Amerika Serikat sudah mengungkapkan kekhawatirannya.
Iran menolak apa yang mereka anggap sebagai campur tangan asing dan "reaksi tergesa-gesa." Pada Jumat (3/3/2023) lalu, Iran mengatakan sedang menyelidiki penyebab kasus ini.
"Salah satu prioritas utama pemerintah Iran adalah mengejar masalah ini secepat mungkin dan memberikan informasi terdokumentasikan untuk mengatasi kekhawatiran pada keluarga dan meminta pertanggung jawaban pelaku dan penyebabnya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kanaani.
Sejak September tahun lalu, siswi sekolah aktif menggelar aksi unjuk rasa anti pemerintah. Mereka membuka hijab yang wajib di luar keras, merobek foto Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, dan menyerukan kematiannya.