Kejadian yang berulang tersebut membuat beberapa orang tua mengeluarkan anaknya dari sekolah. Sementara orang tua lainnya berpendapat bahwa menjauhkan anak perempuan dari sekolah akan menjadi tujuan para penyerang.
Karena kebingungan dan kurangnya kejelasan tentang dugaan peracunan yang terus berlanjut, faksi-faksi di dalam dan di luar Iran mulai membuat tuduhan serta spekulasi. Beberapa pejabat mengatakan, musuh asing Iran telah terlibat dalam dugaan peracunan tersebut.
Sementara tokoh lainnya meminta negara bertanggung jawab atas dugaan peracunan itu. Mereka menuduh pemerintah mencoba untuk membalas dendam pada siswi yang telah menyebarkan gambar dan video protes besar-besaran yang meletus di seluruh Iran. Aksi protes yang meletus pada September dipicu oleh kematian seorang perempuan Kurdi, Mahsa Amini dalam tahanan. Amini ditangkap dan ditahan oleh polisi moralitas Iran karena tidak memakai pakaian dan jilbab yang sesuai aturan negara.
Beberapa orang menghubungkan dugaan peracunan itu dengan serangan Taliban pada tahun 2000-an dan 2010-an untuk meracuni siswi agar mereka tidak menerima pendidikan.