Senin 04 Sep 2023 09:44 WIB

Netanyahu Ingin Migran Eritrea yang Bentrok di Tel Aviv Dideportasi

Netanyahu memerintahkan untuk mengusir semua migran Afrika dari Israel.

Rep: Dwina Agustin / Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menginginkan para migran Eritrea yang terlibat dalam bentrokan kekerasan di Tel Aviv segera dideportasi.
Foto:

Israel hanya mengakui sedikit sekali pencari suaka dan sebagian besar menganggap mereka sebagai migran ekonomi. Pemerintah menyatakan, tidak mempunyai kewajiban hukum untuk menahan mereka.

Negara tersebut telah mencoba berbagai taktik untuk memaksa para migran keluar, termasuk mengirim beberapa orang ke penjara terpencil. Pemerintah juga menahan sebagian gaji mereka sampai  setuju untuk meninggalkan negara tersebut atau menawarkan pembayaran tunai kepada yang setuju untuk pindah ke negara lain. Kritikus menuduh pemerintah berusaha memaksa para migran untuk pergi.

Para pendukung migran mengatakan, negara yang didirikan di atas abu Holocaust dan dibangun oleh para pengungsi Yahudi harus menyambut mereka yang mencari suaka. Para penentangnya mengklaim, para migran telah membawa kejahatan ke lingkungan berpenghasilan rendah di Tel Aviv selatan, tempat kelompok migran banyak menetap.

Bentrokan terbaru terjadi ketika para pendukung pemerintah Eritrea memperingati 30 tahun naiknya kekuasaan penguasa saat ini. Acara yang diadakan di dekat kedutaan Eritrea di selatan Tel Aviv.

Eritrea merupakan salah satu negara dengan catatan hak asasi manusia terburuk di dunia. Para migran di Israel dan negara lain mengatakan mereka takut mati jika ingin kembali.

Protes  yang melibatkan kelompok-kelompok saingannya di Eritrea juga bermunculan di negara-negara lain. Kota terbesar kedua di Norwegia, Bergen, menyaksikan bentrokan antara pendukung dan penentang pemerintah Eritrea selama rapat umum memperingati hari kemerdekaan negara tersebut. Pihak berwenang Norwegia mengatakan, penentang pemerintah melemparkan botol dan batu ke arah peserta unjuk rasa.

Sejumlah besar pasukan polisi dengan perisai dan pelindung wajah menyebar di jalan-jalan, dan sebagian pusat kota Bergen ditutup karena kekerasan tersebut. Lebih dari 100 orang terlibat dalam bentrokan tersebut dan setidaknya tiga orang ditahan, sementara satu orang terluka.

Pada awal Agustus, media Swedia melaporkan bahwa sekitar 1.000 pengunjuk rasa menyerbu festival Eritrea di ibu kota Stockholm. Mereka membakar stan dan mobil serta menggunakan batu dan tongkat sebagai senjata, menyebabkan sedikitnya 52 orang terluka dan lebih dari 100 orang ditahan.

Presiden Eritera Isaias Afwerki telah berkuasa sejak 1993 setelah negara tersebut memperoleh kemerdekaan dari Ethiopia. Negara ini tidak melakukan pemilu dan tidak ada media yang bebas. Menurut laporan kelompok hak asasi manusia dan pakar PBB, banyak anak muda yang dipaksa menjalani wajib militer tanpa batas waktu.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement