Selasa 28 Nov 2023 13:11 WIB

Posisi Penting Qatar Dalam Gencatan Senjata Antara Israel-Hamas

Upaya-upaya Qatar telah membuahkan hasil signifikan

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Qatar dipandang sebagai satu-satunya pemain di dunia Arab yang setia pada perjuangan Palestina. Qatar yang berhasil memediasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas
Foto:

Para pejabat Qatar mengatakan mereka dipandu keinginan untuk mengurangi konflik, meskipun hubungan mereka dengan berbagai kelompok di Timur Tengah termasuk Hamas, Ikhwanul Muslimin di Mesir dan Taliban menuai kecaman dari Israel, beberapa anggota parlemen AS, dan pemerintah negara-negara Arab.

"Ini adalah kekuatan lunak dengan steroid, yang dimobilisasi untuk kepentingan Amerika, menjadi tuan rumah bagi organisasi-organisasi yang tidak bisa diajak bicara oleh Amerika Serikat adalah bagian dari kebijakan ini," kata mantan duta besar AS untuk Qatar Patrick Theros.

Negara Arab Teluk yang kaya dengan populasi penduduk asli hanya 300.000 jiwa ini memanfaatkan lokasi strategis dan kekayaan gas alamnya yang luar biasa untuk menggunakan pengaruh politik dan memproyeksikan kekuatan lunak di seluruh dunia, termasuk sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.

Dalam negosiasi penyanderaan Israel-Hamas, mediator Qatar, yang bergabung dengan mediator dari Mesir dan AS, menghadapi tugas untuk membuat pihak-pihak yang bertikai menaruh kepercayaan pada diplomasi.

Selama akhir pekan, Hamas mengeluh Israel melanggar ketentuan gencatan senjata dan mengatakan  kesepakatan tersebut dalam bahaya. Menurut badan pengungsi PBB, hanya 137 truk bantuan kemanusiaan yang berhasil melintas pada hari pertama gencatan senjata, lalu 187 truk pada hari kedua. Sementara Israel berjanji untuk mengizinkan 200 truk per hari.

Menurut diplomat yang tidak disebutkan namanya, para pejabat Qatar melakukan pertemuan tatap muka dengan para pejabat Israel untuk mencoba menyelamatkan kesepakatan tersebut. Pertemuan beberapa jam dengan para pejabat Mossad di Tel Aviv pada hari Sabtu lalu terbukti sangat penting.

Tiba-tiba, kesepakatan itu kembali hidup. Hamas menyerahkan sandera Israel gelombang kedua, keluarga-keluarga di Tepi Barat bersukacita karena 39 wanita dan remaja dibebaskan dari penjara, dan warga Palestina di Gaza keluar dari tempat penampungan untuk mencari bahan bakar dan anggota keluarga yang hilang.

Menteri negara Qatar untuk kerja sama internasional, Lolwah Al-Khater, menjadi pejabat asing pertama yang mengunjungi Jalur Gaza yang terkepung pada hari Ahad kemarin. Ia menggunakan jeda dalam pertempuran untuk mensurvei masuknya bantuan yang diperdebatkan, bertemu dengan warga Palestina yang terluka dan berbicara dengan kepala biro Aljazirah di Gaza Wael al-Dahdouh yang kehilangan istri, putra dan cucunya dalam serangan udara Israel.

Terlepas dari perbedaan mereka, baik Israel maupun Hamas sama-sama berkepentingan untuk memperpanjang ketenangan. Meski masih banyak pertanyaan yang perlu dijawab tentang apa yang terjadi setelah perang. Seorang pejabat Qatar yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan negaranya tetap fokus pada apa yang dapat segera dilakukan, seperti mempertahankan gencatan senjata dan mencegah perang meluas yang menarik para pendukung Hamas dari Iran atau militan Hizbullah Lebanon.

Sejumlah pejabat melewati Doha untuk mencapai tujuan tersebut, termasuk menteri luar negeri Iran, perdana menteri sementara Lebanon, dan direktur CIA.

"Tidak ada konflik yang dimulai dan diakhiri di medan perang, sekarang, ketika para sandera dibebaskan dan ada jeda dalam pertempuran, kami mungkin bisa menemukan solusi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed al-Ansari.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement