Senin 11 Dec 2023 02:05 WIB

Pesan Abu Ubaidah ke Israel:Jangan Coba Bebaskan Tawanan Jika tak Ingin Ada Korban Militer

Pejuang Hamas berhasil menghancurkan lebih dari 180 kendaraan tempur Israel.

Pejuang brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas.
Foto:

Pada 5 Desember lalu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bertemu dengan keluarga sandera yang telah kembali. Pertemuan ini digambarkan oleh beberapa dari mereka yang hadir sebagai pertemuan yang keras dan penuh kemarahan.

Pertemuan itu terjadi ketika pertempuran kembali terjadi di Jalur Gaza setelah jeda tujuh hari yang mengakibatkan kembalinya lebih dari 100 sandera dari daerah kantong tersebut. Nasib 138 sandera lain yang masih tertinggal di Gaza belum jelas.

“Saya mendengar cerita yang membuat hati saya patah, saya mendengar tentang rasa haus dan lapar, tentang kekerasan fisik dan mental,” kata Netanyahu mengeklaim cerita yang didengarnya.

"Saya mendengar dan Anda juga mendengar, tentang kekerasan seksual dan kasus pemerkosaan brutal yang tidak pernah terjadi sebelumnya," ujarnya.

Namun, nyatanya, dalam pertemuan itu, beberapa kerabat yang menghadiri pertemuan tersebut sangat kritis terhadap pemerintah. 

Rasa frustasi keluarga para sandera yang belum dibebaskan Hamas juga ditujukan kepada Komite Internasional Palang Merah (ICRC) yang menengahi pembebasan sandera.

Para keluarga sandera dan warga Israel menuduh ICRC gagal mengunjungi sandera, tidak memberikan obat-obatan dan secara umum mengacaukan mandat netralitas dengan sikap pasif yang berlebihan terhadap Hamas.

 

Bagi juru bicara ICRC yang berbasis di Yerusalem Sarah Elizabeth Davies, kemarahan tersebut dapat dimengerti tetapi salah arah. “Kami benar-benar memahami rasa frustrasi, kemarahan, kekesalan, patah hati sejak 7 Oktober, tapi Israel salah memahami peran Palang Merah," ujar Davies dalam episode podcast Haaretz Weekly.

Davies menegaskan, ICRC menempatkan diri sebagai perantara yang netral, organisasi yang tidak memihak, dan independen. Namun, laporan dan cerita tentang nasib sandera yang sudah lanjut usia, sakit, atau terluka parah, membuat ketakutan yang semakin besar dan meningkatkan ekspektasi terhadap ICRC.

Bagi Davies, batasan mandat ICRC perlu diperjelas. Mereka hanya dapat bertindak jika ada persetujuan dari pihak-pihak yang bertikai. 

“Kami tidak bisa memaksa masuk, kami tidak punya senjata dan tidak punya kekuatan politik. Kami tetap netral, sehingga kami bisa dipercaya. Dan ini bukanlah sesuatu yang selalu mudah dipahami, khususnya dalam realitas emosional sebuah," ujar Davies.

Davies menekankan bahwa netralitas tidak boleh disalahartikan sebagai sikap pasif. “Meskipun terkadang kami disalahpahami, kami memahami gawatnya situasi ini,” katanya.

“Kami terus-menerus mendorong pembebasan segera [para sandera Israel] dan memberikan akses kepada mereka. Dan kami berharap seruan kami untuk pembebasan mereka akan dijawab," kata perwakilan ICRC ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement