Jumat 29 Dec 2023 22:13 WIB

Eks Mossad Puji Hamas, Tapi Tolak Gencatan Senjata

Hamas dinilai menunjukkan kesiapan perang melawan Israel.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Smoke rises following an Israeli airstrike in the Gaza Strip, as seen from southern Israel, Friday, Dec. 29, 2023. The army is battling Palestinian militants across Gaza in the war ignited by Hamas
Foto:

Dalam laporannya, New York Times juga mengutip penjelasan dari beberapa analis militer Amerika Serikat. Mereka menilai, hasil terbaik bagi Israel untuk pertempuran yang sedang berlangsung di Gaza saat ini adalah melemahkan kemampuan militer Hamas agar kelompok tersebut tak bisa lagi melancarkan serangan dan operasi infiltrasi seperti 7 Oktober 2023.

Kendati demikian, para analis tersebut berpendapat, hanya untuk mencapai tujuan itu, Israel pun dipandang harus mengerahkan upaya luar biasa. “Hamas berakar pada ideologi bahwa kendali Israel atas wilayah yang mereka anggap sebagai tanah Palestina harus ditentang dengan kekerasan, sebuah prinsip yang mungkin akan bertahan lama” kata para analis.

Pekan lalu Mantan perdana menteri Israel, Ehud Olmert, mengatakan, perang yang saat ini dilancarkan negaranya di Gaza dengan tujuan menghancurkan dan menumpas habis Hamas tidak akan berhasil. Dia menilai, janji yang diumbar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tentang penghancuran total Hamas sebagai sebuah kecongkakan.

“Gaza sedang terpuruk, ribuan warganya menderita dengan nyawa mereka, ribuan pejuang Hamas dengan senang hati terbunuh, namun kehancuran Hamas tidak akan tercapai,” kata Olmert dalam opininya yang dimuat di surat kabar Israel, Haaretz, 22 Desember 2023 lalu.

Dia berpendapat, walaupun pada akhirnya Israel berhasil menangkap atau membunuh para pemimpin Hamas, kelompok tersebut tidak akan pernah bisa lenyap. “Kelompok ini akan terus ada di pinggir Gaza,” ujarnya.

“Mengingat ini adalah penilaian situasi yang sebenarnya, kita harus bersiap untuk perubahan arah. Saya tahu ini mungkin tidak populer. Dalam suasana hasutan, keberanian dan arogansi yang menjadi ciri perilaku pemerintah dan pemimpinnya, kita tidak boleh segan-segan mengatakan hal-hal yang tidak jelas tapi perlu, demi rasa tanggung jawab nasional,” tambah Olmert.

Menurut Olmert, saat ini Israel menghadapi dua pilihan, yakni gencatan senjata dengan kesepakatan yang dapat memulangkan para sandera atau gencatan senjata tanpa kesepakatan pemulangan para sandera. “Penghentian permusuhan ini akan dipaksakan kepada kita oleh sekutu terdekat kita, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Jerman. Mereka tidak lagi mampu menanggung akibat yang harus mereka bayarkan dalam opini publik mengingat kesenjangan antara tidak adanya resolusi militer dan berlanjutnya pertempuran yang menimbulkan kerugian kemanusiaan, yang konsekuensinya tidak akan mereka tanggung,” ucapnya.

Hingga saat ini pertempuran masih berlangsung di Gaza. Lebih dari 21.300 ribu warga Gaza telah terbunuh sejak Israel memulai agresinya pada 7 Oktober 2023 lalu. Sementara korban luka sudah melampaui 55 ribu orang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement