Selasa 04 Jul 2017 17:37 WIB

UEA: Terlalu Dini Membicarakan Sanksi Tambahan untuk Qatar

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Warga Qatar menikmati berjalan-jalan di pinggir laut di Doha.
Foto: AP Photo/Kamran Jebreili
Warga Qatar menikmati berjalan-jalan di pinggir laut di Doha.

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Abdullah bin Zayed al-Nahayan mengatakan, pihaknya dan negara-negara Teluk lain masih menunggu respons Qatar terhadap tuntutan yang telah diajukan. Menurutnya, respons Qatar akan menentukan tindakan yang diambil UEA, Arab Saudi, Mesir, dan Bahrain. 

Kendati masih menunggu respons, al-Nahayan menilai tidak akan pembicaraan tentang sanksi tambahan terhadap Qatar. "Saya pikir terlalu dini untuk membicarakan sanksi tambahan (untuk Qatar)," ujarnya, Selasa (4/7).

Menurutnya, hal tersebut tentu akan sangat dipengaruhi oleh respons Qatar terhadap 13 tuntutan yang telah diajukan kepadanya. "Ini tergantung pada apa yang akan kita dengar dari saudara-saudara kita di Kuwait (mediator krisis Teluk)," kata al-Nahayan.

UEA, Arab Saudi, Yaman, Bahrain, dan Mesir telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Mereka juga mengembargo dan memboikot negara tersebut. Hal itu dilakukan karena Qatar diyakini menjadi sponsor atau penyokong dana bagi kelompok teroris.

Tuduhan negara-negara Teluk tersebut telah dibantah secara tegas oleh Qatar. Kendati demikian, bila menginginkan agar boikot dan blokade dicabut, Qatar harus memenuhi 13 tuntutan yang diajukan oleh UEA, Arab Saudi, Mesir, dan Bahrain.

Tuntutan tersebut antara lain meminta Qatar menutup saluran Aljazirah, memutuskan hubungan dengan Iran, serta menghentikan pendanaan terhadap kelompok-kelompok teroris.

Qatar telah menyatakan, tidak akan bisa memenuhi semua tuntutan tersebut. Sebab beberapa poin tuntutan, menurut Qatar, tidak berdasarkan situasi dan kondisi yang dialami Qatar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement