Senin 27 Nov 2017 09:34 WIB

Iran Bangga Kirim Anak Berperang di Suriah

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Salah satu masjid bersejarah di Suriah, hancur akibat perang.
Foto: Reuters
Salah satu masjid bersejarah di Suriah, hancur akibat perang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah saluran televisi Iran menyiarkan sebuah video di mana seorang anak berbicara tentang pengiriman ke Suriah untuk berperang. Video ini ditayangkan pada Sabtu (25/11) kemarin ini seakan menjadi kebanggaan sendiri bagi Iran.

Dalam video tersebut, seorang reporter bertanya pada pemuda berusia muda, di mana anak laki-laki tersebut menjawab baru umur 13 tahun. Sementara, seorang pria bersenjata lain di samping anak tersebut mengatakan bahwa dia adalah anak termuda yang ikut dalam peperangan.

Video itu pun memicu perdebatan. Pasalnya, anak tersebut datang ke Suriah karena dipengaruhi oleh Komandan Pasukan Quds Iran, Qasem Soleimani. Padahal, anak itu mengetahui bahwa peperangan yang terjadi di Kota Abu Kamal, Provinsi Deir al-Zour telah banyak kematian.

"Anak ini seharusnya bersekolah sekarang dan bermain dan tidak berada di medan perang, di mana orang dewasa terbunuh," kata seorang aktivis Iran seperti dikutip dari Alarabiya, Senin (27/11).

Sebelumnya, organisasi non-pemerintah yang berbasis di Amerika Serikat, Human Rights Watch menyerukan penyelidikan mengenai perekrutan anak-anak ke Suriah oleh Garda Revolusi Iran. Lembaga ini meminta masyarakat Internasional dan PBB untuk membuka penyelidikan atas masalah tersebut dan menambahkan Iran ke daftar pelaku pelecehan anak.

Dalam laporan yang dikeluarkan Human Right Watch pada awal Oktober ini menyatakan bahwa usia anak-anak yang direkrut dimulai dari usia 14 tahun. Anak-anak tersebut berada dalam kelompok bersenjata Afghanistan yang secara eksklusif terdiri dari sekitar 14.000 pejuang yang didukung oleh Teheran, dan berjuang di samping kekuatan rezim Presiden Suriah Bashar Assad dalam konflik Suriah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement