REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING-- Cina memulangkan lebih dari 3.000 warganya dari Vietnam setelah kerusuhan anti-Cina merebak di negara tersebut, demikian kantor berita Xinhua melaporkan pada Ahad. Xinhua menulis bahwa 16 orang yang dievakuasi mengalami luka kritis karena kerusuhan sosial yang dipicu oleh pengoperasian pengeboran minyak di perairan sengketa Laut Cina Selatan.
Kerusuhan anti-Cina yang paling buruk dalam beberapa dekade terakhir itu menodai reputasi Vietnam sebagai negara yang stabil dan aman bagi investor asing. Cina sendiri menyatakan telah mengirim lima kapal tambahan ke Vietnam untuk mengamankan warganya yang masih berada di Vietnam.
Sementara di sisi lain, para aktivis Hanoi berencana untuk kembali melakukan demonstrasi melawan agresi Beijing. Namun demikian, rencana unjuk rasa itu digagalkan oleh pasukan keamanan yang membatasi akses ke jalan-jalan menuju kedutaan Cina dan sejumlah tempat lain yang diduga menjadi tempat demonstrasi.
Sepanjang pekan lalu, unjuk rasa anti-Cina merebak di 22 provinsi Vietnam. Mereka membakar sejumlah kantor perusahaan asing yang diduga berhubungan dengan Tiongkok atau mempunyai pekerja yang berketurunan Tionghoa.
Pemerintah Hanoi sendiri berusaha untuk meredam kerusuhan tersebut karena dinilai akan merusak citra Vietnam di mata internasional. Selama ini, pembangunan di negara tersebut sangat bergantung dari investasi asing.
"Kami tidak akan membiarkan tindakan anarkis yang merusak properti investor asing dan usahanya. Kami akan memastikan insiden yang sangat disesalkan ini untuk tidak terjadi kembali," kata pembantu menteri luar negeri Vietnam, Dang Minh Khoi, pada Sabtu.
"Kami meminta negara-negara sahabat terus mendorong investornya untuk tetap menjalankan usaha di Vietnam," kata dia.
Kerusuhan di Vietnam pada sepekan terakhir ini telah menewaskan dua warga Cina dan melukai 140 lainnya. Lebih dari 300 terduga pelaku telah diamankan. Pada 2013 lalu, Vietnam berhasil menarik investasi asing sebesar 21,6 miliar dolar AS atau naik dari 16,3 miliar dolar AS dari tahun sebelumnya.
Menurut pakar ekonomi pembangunan Vietnam dari Universitas Duke, Edmund Malesky, insiden anti-Cina di Vietnam dapat berdampak buruk pada citra negara tersebut sebagai tempat yang aman untuk berinvestasi.
"Kerusuhan itu telah memunculkan pertanyaan mengenai keamanan. Di masa depan, investor asing akan memperhitungkan potensi instabilitas dengan sejumlah keuntungan seperti murahnya biaya pekerja," kata Malesky.
Kerusuhan di Vietnam telah merusak properti bukan hanya milik perusahaan asal Cina melainkan juga milik pengusaha asal Korea dan Singapura. Sampai saat ini belum jelas kenapa badan usaha non-Cina juga menjadi target. Namun para warga Vietnam saat ini khawatir akan semakin banyaknya warga asing yang mengambil alih pekerjaan mereka.