Selasa 01 Sep 2015 00:39 WIB

Kampanye Via #BuyPens, Pengungsi Suriah Ini Disumbang Rp 1,8 M

Rep: c 38/ Red: Indah Wulandari
Pengungsi Suriah Abdul Halim Attar saat menjual bolpoin bersama anaknya, Reem, Kamis (27/8)
Foto: cbc.ca
Pengungsi Suriah Abdul Halim Attar saat menjual bolpoin bersama anaknya, Reem, Kamis (27/8)

REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO -- Anda tentu masih ingat sebuah foto pengungsi Palestina dari Suriah yang terlihat menjual pena di jalanan Beirut, Lebanon, ditemani putrinya yang tidur menggantung di bahu.

Sebuah kampanye donasi online baru-baru ini mampu mengumpulkan dana sekitar 130 ribu dolar AS atau sekitar Rp 1,825 miliar untuk pria tersebut.

 

"Saya kagum dan kewalahan oleh curahan dukungan. Senang melihat cerita positif pengungsi muncul di berita, karena kebanyakan dari mereka cukup mengerikan," kata Gissur Simonarson, dilansir dari onislam.net, Senin (31/8).

Kampanye ini mencapai target sebesar 5.000 dolar AS atau Rp 70,2 juta hanya dalam 30 menit pertama.

 

Gissur Simonarson, seorang wartawan Islandia, memelopori kampanye "Bantu Abdul dan Reem Memulai Hidup Baru" pada Kamis (27/8) lalu, untuk membantu pengungsi bernama Abdul Halim Attar itu. Abdul melarikan diri dari Suriah bersama kedua anaknya, Abdelillah (9) dan Reem (4), tiga tahun lalu.

 

"Ada banyak permintaan untuk membantu orang ini dan putrinya. Ada yang tahu orang di Beirut yang bisa menemukan mereka? #BuyPens," tulis aktivis itu, seperti dilaporkan CBC. Simonarson kemudian meluncurkan hashtag #BuyPens di Twitter untuk melacak keberadaan Abdul.

 

Ribuan orang dari 89 negara turut berpartisipasi dalam kampanye itu. Dalam waktu kurang dari 24 jam, kampanye ini menarik 1.721 orang dengan total sumbangan 50.612 dolar.

 

Berbicara mengenai cara pemberian dana, Simonarson mengatakan akan bekerja sama dengan UNICEF untuk memberikan pembayaran secara bulanan kepada ayah yang berdedikasi ini.

 

Kepada BuzzFeed News, Abdul mengaku terkejut ketika mengetahui bahwa orang-orang di luar negeri mendengar ceritanya dan peduli pada anak-anaknya.

 

"Saya tidak bisa menahan air mata. Saya terus berkata, 'Terima kasih Tuhan, terima kasih Tuhan,' dan memeluk anak-anak saya. Saya ingin membantu pengungsi Suriah lainnya," tambah dia.

 

Lebih dari 190 ribu orang tewas di Suriah sejak konflik antara rezim Bassar Assad dan pasukan oposisi sejak awal tahun 2011, menurut data PBB yang diterbitkan pada Agustus 2014.

 

Lebanon, Turki, Yordania, dan Irak menampung lebih dari tiga juta warga Suriah sejak konflik dimulai pada tahun 2011. Krisis pengungsi ini telah menjadi yang terburuk sejak Perang Dunia II.

 

Jumlah pengungsi usia anak-anak di dalam wilayah Suriah telah meningkat menjadi hampir 3 juta dari 920 ribu tahun lalu. Sementara, UNICEF mengatakan, jumlah pengungsi usia anak bertambah menjadi 1,2 juta dari 260 ribu pada akhir tahun lalu, 425 di antaranya di bawah lima tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement