Sharaf menambahkan sekitar setengah dari aktivis gerakan 6 April dan tokoh revolusioner telah dipenjarakan, sementara sisanya sedang terancam penahanan. Menjelang peringatan revolusi, tiga pemimpin ditangkap dan dipenjarakan karena menyerukan orang-orang kembali turun ke jalan-jalan alun-alun Tahrir melalui media sosial.
Aliansi Anti-Kudeta yang terdiri dari Ikhwanul Muslimin dan beberapa partai Islam telah mencoba menghidupkan kembali gerakan revolusi. Mereka menyerukan gelombang protes yang mereka juluki "Bersama Kita Berdiri", menjelang peringatan lima tahun revolusi.
Tapi sayangnya hanya sedikit yang menanggapi seruan tersebut seperti demonstrasi kecil menentang pelanggaran polisi oleh kelompok Students Against the Coup (SAC) di Sharqeya, Qalubiya, Beheira dan Gharbia.
Ikhwanul Muslimin merupakan yang paling terpukul. Tapi tak hanya itu kelompok liberal, sayap kiri dan pemuda juga ditargetkan oleh negara. Ikhwanul Muslimin dilarang dan dimasukkan sebagai kelompok teroris pada 2013, gerakan 6 April juga dilarang pada 2014.
Menyambut ulang tahun kelima revolusi, juru bicara Ikhwanul Muslimin Mohamed Montaser mengatakan dalam sebuah pernyataan, kelompok itu mendukung seruan tulus untuk mengembalikan demokrasi. Mereka juga menyerukan Muhammad Mursi kembali menjadi presiden.