Rabu 10 Aug 2016 15:28 WIB

Diplomasi Rahasia Pemerintah Turki dan Rusia

Rep: MgRol81/ Red: Teguh Firmansyah
Russian President Vladimir Putin and Turkish President Tayyip Erdogan attend their meeting in St. Petersburg, Russia, August 9, 2016. REUTERS/Sergei Karpukhin
Foto:
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersama Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pada akhir April 2016, Jendral Hulusi Akar, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Turki Turki menyarankan Erdogan untuk memecahkan krisis Turki-Rusia lewat pebisnis Turki Cavit Caglar yang kenal dengan Presiden Republik Dagestan, Federal Rusia, Ramazan Abdulatipov.

Abdulatipov memiliki akses ke Putin melalui penasehatnya Yuri Ushakov.  Erdogan meminta Kalin berhubungan dengan Ushakov.

Kalin pun segera membuat draft surat permohonan untuk Putin. Isi dan bentuk dari surat itu telah diedit beberapa kali oleh kedua pihak selama Mei dan awal Juni.

Setelah menyampaikan kata “maaf” dan “kompensasi”, surat yang sudah ditandatangani Erdogan tersebut siap dikirim ke Ibu kota Uzbekistan. Di sana Putin sedang menghadiri Konferensi Kerja Sama Shanghai hingga 24 Juni lalu.

Pada 24 Juni dini hari, perjalanan udara ditempuh pesawat presiden yang membawa Kalin, Caglar, dan penasehat serta penerjemah Rusia.

Mereka dihadapkan dengan risiko tidak adanya izin penerbangan di wilayah udara Georgia, Azerbaijan, Turkmenistan dan Uzbekistan. Tapi hal tersebut dapat di atasi atas izin yang diberikan berbagai negara di menit-menit terakhir pesawat akan masuk ke wilayah udaranya.

Lewat bantuan Duta Besar Kazakhstan Zhanseit Timebayev dan Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev yang juga sedang menghadiri konferensi tersebut, surat tersebut dapat disampaikan ke Putin lewat Ushakov. Surat permohonan maaf akhirnya diungkap ke publik dan menjadi simbol membaiknya hubungan kedua negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement