Kamis 04 Jan 2018 09:08 WIB
Apakah Yahudi Ashkenazi pantas mengklaim Tanah Suci Yerusalem?

Yahudi Aspal, Klaim Yerusalem, dan Kepalsuan Akhir Zaman

Pemukim Yahudi di Israel (ilustrasi)
Foto:
Yahudi ortodoks (ilustrasi)

Joseph menjawab, telah berbohonglah orang yang menyatakan bahwa ‘tongkat’ Judah telah jatuh selamanya dari tangan kaum Yahudi dan tidak ada lagi selamanya tempat di bumi bagi mereka untuk mendirikan kerajaan. Sekadar informasi, Kerajaan Judah atau Yehuda atau Yudea yang beribukota Yerusalem, adalah kerajaan terakhir yang didirikan bani Israel, sebelum diruntuhkan oleh Nebukadnezar dari Babylonia.

Selanjutnya, Joseph menyampaikan genealogi kaumnya. Dia terus terang mengakui bukan keturunan Shem, tapi keturunan anak ketiga Nuh, yaitu Japhet/Yafits. Atau, lebih tepatnya, mereka adalah keturunan cucu Japhet yang bernama Togarma. Togarma, tulis dia, memiliki sepuluh anak, yang merupakan nenek moyang dari semua suku Turk.

Joseph menulis, “Kami telah mencatat silsilah keluarga kami, bahwa Togarma memiliki sepuluh anak, yang masing-masing bernama: Uighur, Dursu, Avars, Huns, Basilii,Tarniakh, Khazars, Zagora, Bul gars, Sabir. Kami adalah anak cucu Khazar, dari anak ketujuh (Togarma)…”

Surat menyurat Hasdai dengan Raja Khazar ini masih terdokumentasi dengan baik, yang bisa dilacak dengan mengetikkan kata kunci “Khazar Correspondence” di mesin pencari Google. Identitas sejumlah suku yang disebutkan oleh Joseph tersebut, agak meragukan bila disandingkan dengan teks Ibrani. Karakteristik yang ditampilkan dalam genealogi ini adalah menggabungkan Kitab Kejadian dengan tradisi suku-suku Turki.

Hal ini, menurut pendapat Arthur Koestler, sekaligus memperlihatkan bahwa Khazar adalah orang-orang Magog. Sebuah clue yang sebaiknya tak dikesampingkan, bahwa dalam salah satu hadis dari Zainab Binti Jahsh isteri Nabi SAW: “Nabi SAW bangun dari tidurnya dengan wajah memerah, kemudian bersabda; “Tiada Tuhan selain Allah, celakalah bagi Arab dari kejahatan yang telah dekat pada hari kiamat, (yaitu) telah dibukanya penutup Ya’juj dan Ma’juj seperti ini” beliau melingkarkan jari tangannya (dalam riwayat lain tangannya membentuk isyarat 70 atau 90),

Aku bertanya; “Ya Rasulullah SAW, apakah kita akan dihancurkan walaupun ada orangorang shalih ?” Beliau menjawab; “Ya, Jika banyak kejelekan.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dan Muslim).

Kemunculan Khazaria ini di abad ke-7, tak berselang lama dengan masa hidup Nabi akhir zaman. Wallahu a’lam bishawab.

Gene Cannot Lie

Tapi, yang paling telak mengungkap penyamaran Yahudi Ashkenazi tersebut adalah pembuktian genetika. Tes DNA itu dilakukan oleh Eran Elhaik, seorang ahli genetika dari Universitas Johns Hopkins School of Public Health, Amerika Serikat.

Kesimpulan Elhaik, genom orang Yahudi Ashkenazi didominasi oleh komponen Khazaria, dengan angka fantastis, yaitu 3038 persen. Sementara, komponen Timur Tengah-nya —menurut wawancara khusus Haaretz dengan Elhaik— ternyata sangat kecil, sehingga sulit untuk mengatakan mereka berasal dari Kanaan atau Palestina.  “Temuan kami mendukung Khazarian Hypothesis,” katanya.

Hasil penelitiannya itu dipublikasikan di Jurnal Genome Biology and Evolution edisi 17 Januari 2013. Di jurnal terbitan Oxford University Press, itu, hasil penelitian itu ditulis dengan judul The Missing Link of Jewish European Ancestry: Contrasting the Rhineland and the Khazarian Hypothese.

Ilmuwan kelahiran Israel itu mengungkapkan, “Pertanyaan tentang siapa nenek moyang Yahudi (Ashkenazi) menjadi kontroversi selama lebih dari dua abad, dan belum terselesaikan… ini mendorong kami untuk meninjau kembali Khazarian Hypothesis dan membandingkannya dengan Rhineland Hypothesis. Kami melakukan perbandingan dan analisis genetika menggunak an populasi yang lebih luas,” tulis Elhaik.

Meski demikian, Elhaik menyatakan orang Khazar bukanlah satu-satunya nenek moyang Yahudi Eropa. Genom Yahudi Eropa, menurut dia, merupakan mosaik dari berbagai leluhur: dari kawasan Timur DekatKaukasus, Eropa, dan Semit.

“Intinya, genom Yahudi Eropa adalah sebuah mosaik dari berbagai masyarakat kuno, dan asalusulnya sebagian besar dari Khazar.” Mengutip Polak, Elhaik memaparkan bahwa Khazaria merupakan konfederasi dari berbagai suku —Slav, Scythian, Hun- Bulgar, Iran, Alans, dan Turki— yang membentuk sebuah imperium yang sangat kuat dan berkuasa di kawasan Kaukasus Utara-Tengah pada akhir Zaman Besi (Iron Age), dan kemudian memeluk Yahudi pada abad ke-8 Masehi.

Dalam penelitian Elhaik, tidak ada sampel DNA orang Khazar. Karena, bangsa ini bak hilang ditelan bumi setelah dihancurkan Mongol pada abad ke-13. Lalu, bagaimana membuktikan Yahudi Ashkenazi secara genetik keturunan Khazar, kalau sampelnya tak ada? Ternyata, untuk DNA Khazar, Elhaik mengambil sampelnya pada kaum yang diduga kuat berkaitan dengan orang Khazar, seperti Georgia, Armenia, dan orang Kaukasian lainnya. “Sumber genetika mereka sama,” katanya.

Dan, setelah melakukan analisis dengan berbagai teknik, yang menurutnya, sebagian di antaranya belum pernah digunakan peneliti sebelumnya, dia pun menemukan apa yang disebutnya sebagai ‘komponen Khazar’ pada Yahudi Eropa. Bahkan, dia menemukan unsur Khazarlah yang paling dominan dalam genom Yahudi Eropa, dibandingkan unsur lain.  “Komposisinya sekitar 30-38 persen,” katanya.

Elhaik mendapati adanya kesamaan antara Yahudi Ashkenazi dengan populasi Kauk asus jika ditinjau dari garis ayah (paternal line) ketika meneliti Y-Chromosom DNA, maupun garis ibu (maternal line) ketika meneliti Mitochondrial DNA. Dan, yang paling menarik, berdasarkan pemetaan Elhaik, kesamaan genom orang Yahudi Eropa itu tak tersebar di seluruh kawasan Khazaria, tapi terkonsentrasi di satu titik di kawasan Pegunungan Kaukasus.

Kawasan antara Laut Hitam dan Laut Kaspia, yang diduga banyak kalangan merupakan tempat Dzulqarnain membangun tembok besi untuk mengunci Ya’juj dan Ma’juj (Gog dan Ma- gog). Lalu, berapa persen genom orang Yahudi Eropa yang berasal dari Kanaan- Israel Palestina? Ternyata sangat kecil. Sehingga tidak cukup signifikan menjelaskan bahwa mereka adalah orang Yahudi dari Kerajaan Yudea atau Yehuda, yang kemudian bermigrasi ke Eropa.

 “Mayoritas tidak memiliki komponen gen Timur Tengah dalam kuantitas yang bisa kita harapkan untuk menyatakan mereka adalah keturunan Yahudi di masa lalu,” kata Elhaik seperti dikutip Haaretz. Ada sebuah pepatah menarik dalam pe- lacakan asal-usul nenek moyang seseorang secara genetis, yaitu gene cannot lie (gen tak mungkin berbohong). Ketika genom sese- orang dibawa ke laboratorium, maka riwayatnya akan terbongkar.  Implikasi dari hasil riset ini adalah sebuah pertanyaan besar dan mendasar: Apakah Yahudi Ashkenazi pantas mengklaim Tanah Suci Yerusalem, padahal nenek moyangnya dari Kaukasus?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement