Jumat 26 Jul 2019 09:05 WIB

AS Minta Korut Tahan Diri untuk Kembali Negosiasi Nuklir

Korut melakukan uji coba rudal di tengah upaya negosiasi untuk perlucutan nuklir.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Peluncuran rudal korut.
Foto: EPA
Peluncuran rudal korut.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mendesak Korea Utara (Korut) untuk menahan diri dari provokasi lebih lanjut. AS masih menginginkan dimulai kembali pembicaraan mengenai denuklirisasi yang sempat mengalami jalan buntu. 

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, Washington akan terus mengedepankan jalan diplomatik. Selain itu, AS juga mengharapkan ada pembicaraan baru dalam beberapa pekan ke depan. 

Baca Juga

"Kami ingin diplomasi ini berhasil. Kami ingin Kim (pemimpin Korut) memenuhi janji yang dia buat kepada Presiden Trump, yakni denuklirisasi," ujar Pompeo dalam sebuah wawancara dengan televisi Bloomberg, Jumat (26/7).

Sebelumnya, Korut melakukan uji coba dengan menembakkan dua rudal balistik jarak pendek pada Kamis (25/7) pagi waktu setempat. Dua pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, analisis awal menunjukkan bahwa rudal tersebut dengan rudal yang ditembakkan oleh Korut pada Mei lalu. Namun, rudal kali ini menunjukkan kemampuan yang ditingkatkan. 

Uji coba rudal balistik oleh Korut merupakan pelanggaran resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun, Korut menolak pembatasan tersebut sebagai pelanggaran atas haknya untuk membela diri. 

Uji coba rudal tersebut menimbulkan keraguan terhadap upaya untuk memulai kembali pembicaraan denuklirisasi antara Korut dan AS. Adapun, kedua pemimpin negara telah sepakat untuk membuka kembali pembicaraan ketika bertemu di zona demiliterisasi (DMZ) pada akhir Juni lalu. 

Pompeo dan Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong-ho akan bertemu di sela-sela forum keamanan Asia Tenggara di Bangkok pada minggu depan. Namun, sumber diplomatik mengatakan kepada Reuters bahwa Ri telah membatalkan perjalanannya ke konferensi tersebut. 

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus mengatakan, Washington tidak mendukung adanya provokasi dan lebih mengedepankan dialog. Ortagus menekankan bahwa sanksi terhadap Korut akan tetap berlaku sampai ada resolusi diplomatik. 

"Kami tidak lagi mendesak provokasi. Kami terus mendesak dan berharap ada negosiasi untuk bergerak maju," kata Ortagus. 

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan (Korsel) menyatakan, utusan nuklir Korsel Lee Do-hoon melakukan panggilan telepon dengan mitranya dari AS, Stephen Biegun, dan mitranya dari Jepang, Kenji Kanasugi untuk berbagi penilaian mereka mengenai uji coba rudal Korut yang terbaru. Para analis mengatakan peluncuran tersebut bertujuan untuk menekan Washington. 

"Dengan menembakkan rudal, mengambil masalah dengan latihan militer dan menunjukkan kapal selam baru, Korea Utara mengirimkan satu pesan yang jelas: mungkin tidak ada pembicaraan tingkat kerja jika Amerika Serikat tidak menghadirkan sikap yang lebih fleksibel," kata Kim Hong- kyun, mantan utusan nuklir Korsel.

Mantan perwira angkatan laut yang mengajar di Universitas Kyungnam Seoul, Kim Dong-yup mengatakan, rudal yang diuji coba pada Kamis, sama dengan rudal yang ditembakkan pada Mei lalu. Menurutnya, uji coba rudal tersebut bertujuan untuk menekan Washington secara halus. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement