Rabu 18 Sep 2019 08:24 WIB

Kuwait: Serangan ke Saudi Aramco Langgar Hukum Internasional

Duubes Kuwait minta embargo senjata diaktifkan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Serangan drone Houthi ke fasilitas pengolah minyak Arab Saudi, Abqaiq, menyebabkan kebakaran dan menghentikan setengah pasokan minyak di Buqyaq, Arab Saudi, Sabtu (14/9). Terlihat asap kebakaran membumbung.
Foto: Al-Arabiya via AP
Serangan drone Houthi ke fasilitas pengolah minyak Arab Saudi, Abqaiq, menyebabkan kebakaran dan menghentikan setengah pasokan minyak di Buqyaq, Arab Saudi, Sabtu (14/9). Terlihat asap kebakaran membumbung.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Duta Besar Kuwait untuk PBB Mansour al-Otaibi mengutuk keras serangan terhadap fasilitas minyak Saudi Aramco akhir pekan lalu. Hal itu dia sampaikan saat berpidato di sesi Dewan Keamanan PBB, Selasa (17/9).

“Serangan itu merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum internasional,” ujar al-Otaibi, dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Dia menilai serangan terhadap Aramco adalah alasan nyata mengaktifkan langkah-langkah embargo senjata seperti tertuang dalam resolusi Dewan Keamanan yang relevan. “Kami menegaskan kembali dukungan penuh kami untuk saudara kandung Kerajaan Arab Saudi dan semua tindakan yang diambil untuk menjaga keamanan, stabilitas, dan integritas teritorialnya,” kata al-Otaibi.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Kuwait Sheikh Sabah al-Khalid Al Sabah meminta militer negaranya waspada dan bersiap menghadapi setiap insiden yang dapat mengganggu stabilitas keamanan negara. Namun, dia tak menyinggung tentang peristiwa serangan terhadap fasilitas minyak Aramco.

Akhir pekan lalu, dua fasilitas pengolahan minyak Saudi Aramco diserang sekitar 10 pesawat nirawak (drone). Serangan itu menyebabkan sebagian area pabrik terbakar. Adapun dua fasilitas itu berada di Abqaiq dan Khurais.

Serangan itu dilaporkan memangkas lima persen produksi minyak dunia. Aramco diketahui merupakan perusahaan minyak milik Pemerintah Saudi yang mengalirkan pasokan terbesar ke pasar minyak dunia.

Kelompok pemberontak Houthi di Yaman mengklaim bertanggung jawab atas aksi serangan tersebut. Namun, sejumlah pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) telah merilis citra satelit yang menunjukkan serangan drone itu berasal dari Irak atau Iran.

Kendati demikian, Iran dan Irak membantah terlibat dalam serangan fasilitas minyak Aramco. Dugaan itu menyebabkan ketegangan, terutama antara Iran dan AS, meningkat.

Menteri Pertahanan AS Mike Esper telah mengatakan negaranya sedang mempersiapkan respons militer atas serangan terhadap Aramco. “Militer AS, dengan tim antarlembaga kami, bekerja dengan mitra kami mengatasi serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini dan mempertahankan tatanan berdasarkan aturan internasional yang sedang dirusak oleh Iran,” ujar Esper, dikutip laman The Times of Israel.

Dia mengatakan telah bertemu dengan pimpinan Pentagon pascaserangan fasilitas minyak Saudi Aramco akhir pekan lalu. Kendati demikian, Esper tak menjelaskan secara terperinci opsi militer apa saja yang berpotensi diambil AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement