Kamis 24 Oct 2019 15:34 WIB

Kim Jong-un Akui Punya Hubungan Istimewa dengan Donald Trump

Korut dinilai masih berharap meraih kesepakatan dengan Trump soal nuklir.

Rep: Lintar Satria / Red: Nur Aini
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump bertemu di Panmunjong di Zona Demiliterisasi, Ahad (30/6).
Foto: Korean Central News Agency/Korea News Service via AP
Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump bertemu di Panmunjong di Zona Demiliterisasi, Ahad (30/6).

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Penasihat Kementerian Luar Negeri Korea Utara (Korut) Kim Kye Gwa mengatakan Pemimpin Korut Kim Jong-un memiliki hubungan 'istimewa' dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Pernyataan itu dikutip oleh kantor berita Korut KCNA.  

Dilansir dari Aljazirah pada Kamis (24/10), KCNA melaporkan beberapa hari yang lalu Kye Gwan bertemu dengan Kim Jong-un. Pemimpin Korut itu 'mengatakan hubungan antara dirinya dengan Presiden Trump istimewa'.

Baca Juga

Pernyataan itu muncul setelah Trump mengatakan hal yang sama tentang Kim. "Saya menyukai dia, dia menyukai saya, kami akrab, saya menghormati dia, dia menghormati saya," kata Trump.

Para pakar berpendapat pernyataan tersebut mengisyaratkan Pyongyang masih berharap dapat meraih kesepakatan dengan Trump dalam isu program nuklir. Walaupun sampai kini proses negosiasi denuklirisasi Semananjung Korea berjalan buntu.  

Pakar mengatakan Korut ingin mengeksploitasi hubungan antara Kim dan Trump, mantan pengusaha real estate yang mengaku sebagai ahli negosiasi. Korut ingin mengamankan konsensi pembicaraan nuklir.

Korut berulang kali memuji 'keberanian Trump yang luar biasa. Di saat bersamaan menuntut Washington untuk mengajukan metode baru untuk mencairkan kebuntuan negosiasi pada akhir tahun ini.

Profesor kajian Korut dari  Dongguk University Koh Yu-hwan mengatakan Pyongyang menyadari pemerintah AS akan menentang permintaan mereka untuk mencabut sanksi sebelum proses denuklirisasi. Karena itu, mereka ingin 'bernegosiasi langsung dengan Trump'.  

"Korut mengirimkan pesan kecuali Trump membuat panggilan telepon maka perundingan akan gagal dan sekarang mereka berada di persimpangan jalan," kata Koh Yu-hwan.

Kepada KCNA, Kim Kye Gwa mengatakan para pembuat kebijakan AS mengambil sikap bermusuhan terhadap Pyongyang. Ia mengatakan mereka 'disibukan mentalitas Perang Dingin dan prasangka ideologis'.

"Dengan tulus saya berharap dorongan motivasi dalam mengatasi semua rintangan, akan memberikan dasar mempererat hubungan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement