Sementara itu, pembicaraan yang didukung PBB telah berkembang, banyak warga Libya khawatir persaingan untuk mendapatkan jabatan masih dapat memicu pertempuran baru. Kondisi ini bisa menghancurkan gencatan senjata yang sebagian besar telah diadakan sejak Oktober.
Libya telah terpecah sejak Muammar Gaddafi digulingkan pada 2011. Sejak 2014, kendali Libya telah dibagi antara pemerintah yang diakui secara internasional di barat berbasis di ibu kota Tripoli dan lawan-lawannya yang berbasis di Benghazi di timur. Masing-masing pihak juga bergulat dengan perpecahan internal, sementara kelompok bersenjata telah menguasai lembaga-lembaga utama negara.
Dalam kekacauan tersebut, kekuatan asing telah mendukung kubu-kubu itu. Turki telah mendukung GNA di Tripoli, sementara Rusia, Uni Emirat Arab, dan Mesir mendukung Libyan National Army (LNA) dengan pemimpin Khalifa Haftar di timur.