Pasukan AS masuk Suriah sejak tahun 2017 untuk melawan ISIS yang dianggap sebagai musuh bersama tapi mereka tetap bertahan di sana setelah ancaman dari kelompok teror mereda. Keberadaan pasukan AS di Suriah dibenarkan melalui program 'latihan dan operasi kontra teroris' untuk membantu sekutu.
AS membentuk sebuah zona di utara negara itu untuk mencegah ketegangan antara pasukan Kurdi yang didukung Washington dengan Turki. Pada Oktober 2019 lalu, Donald Trump mengumumkan akan menarik pasukan AS dari Suriah tapi keputusan tersebut ditarik kembali dengan mengatakan pasukan AS dikerahkan untuk menjaga minyak Suriah.
Pernyataan Trump mengenai 'menjaga minyak' mendapat kecaman dari media-media AS. Termasuk tuduhan AS melanggar peraturan yang melarang perampokan dalam perang. Tetapi, Presiden Suriah Bashar Assad menggambarkan Trump sebagai presiden 'terbaik' AS yang pernah ia hadapi karena ia yang paling 'jujur' mengenai niatan AS di Suriah.
Saat masih menjadi wakil Barack Obama pada 2012 lalu Joe Biden membantu meluncurkan Operation Timber Sycamore sebuah program latihan dan senjata rahasia CIA. Dengan program itu AS mengirimkan ribuan ton senjata dan miliaran dolar AS ke 'pemberontak moderat Suriah' yang kemudian media-media AS ungkapkan bersekutu dengan ISIS dan Al-Qaeda.