Kekhawatiran tentang aktivitas kriminal telah membubung tinggi sejak Jumat. Junta mengumumkan akan membebaskan 23 ribu tahanan. Pihaknya mengatakan langkah itu konsisten dengan membangun negara demokrasi baru dengan perdamaian, pembangunan dan disiplin dan akan menyenangkan publik.
Foto-foto yang tidak diverifikasi di media sosial telah memicu desas-desus bahwa para penjahat berusaha untuk menimbulkan keresahan dengan menyalakan api atau meracuni persediaan air. Tin Myint, seorang penduduk kota Sanchaung di Yangon, termasuk di antara kerumunan yang menahan empat orang yang diduga melakukan serangan di lingkungan itu.
"Kami pikir militer bermaksud untuk menyebabkan kekerasan dengan para penjahat ini dengan menyusup ke dalam protes damai," katanya.
Dia mengutip demonstrasi pro-demokrasi pada tahun 1988, ketika militer secara luas dituduh melepaskan penjahat ke dalam populasi untuk melakukan serangan, kemudian menyebut kerusuhan sebagai pembenaran untuk memperluas kekuasaan mereka sendiri. Tiga orang di bagian berbeda di Yangon mengatakan mereka telah melihat drone terbang di atas kerumunan. "Itu terbang naik turun dan merekam kerumunan yang mengejar pencuri," kata Htet (30 tahun) yang meminta untuk diidentifikasi hanya dengan satu nama.
Pemerintah dan tentara tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar mengenai hal itu. Pada Sabtu malam juga, tentara kembali memberlakukan undang-undang yang mewajibkan orang untuk melaporkan pengunjung yang bermalam ke rumah mereka. Tentara juga memberlakukan untuk mengizinkan pasukan keamanan menahan tersangka dan menggeledah properti pribadi tanpa persetujuan pengadilan, dan memerintahkan penangkapan pendukung terkenal dari protes massal.
Kudeta telah dikecam oleh negara-negara Barat hingga PBB. Amerika Serikat telah mengumumkan beberapa sanksi terhadap para jenderal yang berkuasa dan negara-negara lain juga mempertimbangkan tindakan-tindakan tersebut.