Jumat 05 Mar 2021 18:57 WIB

Jubir Kemenlu: Siaga 2 KBRI Yangon tak Berbatas

WNI yang tak punya agenda penting di Myanmar diminta pertimbangkan untuk pulang.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
 Pengunjuk rasa anti-kudeta melepaskan alat pemadam kebakaran untuk melawan dampak gas air mata yang ditembakkan oleh polisi selama demonstrasi di Yangon, Myanmar Kamis, 4 Maret 2021. Demonstran di Myanmar yang memprotes kudeta militer bulan lalu kembali ke jalan-jalan pada hari Kamis, tidak gentar oleh pembunuhan tersebut. setidaknya 38 orang pada hari sebelumnya oleh pasukan keamanan.
Foto:

Menurut saksi mata, ketika unjuk rasa berlangsung polisi melepaskan tembakan untuk membubarkan kerumunan, dan satu orang tertembak di bagian tenggorakan. "Saya pikir dia berusia sekitar 25 tahun, tetapi kami masih menunggu anggota keluarga," kata seorang dokter yang memeriksa korban kepada Reuters melalui telepon.

Di kota utama Yangon, polisi menembakkan peluru karet dan granat kejut untuk membubarkan pengunjuk rasa yang telah diikuti oleh sekitar 100 dokter berjas putih. Kerumunan juga berkumpul di Kota Pathein, di sebelah barat Yangon.

Pada hari sebelumnya, Kamis (4/3), polisi membubarkan aksi unjuk rasa dengan gas air mata dan tembakan di beberapa kota. Tindakan keras junta pada hari itu lebih terkendali daripada pada Rabu, ketika PBB mengatakan 38 orang tewas pada hari protes paling berdarah.

Tentara dan polisi Myanmar yang bersenjata juga dilaporkan menggunakan TikTok untuk menyampaikan ancaman pembunuhan kepada pengunjuk rasa yang menentang kudeta militer. Militer juga mendorong aplikasi video singkat itu untuk menghapus konten yang memicu kekerasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement