Menurut saksi mata, ketika unjuk rasa berlangsung polisi melepaskan tembakan untuk membubarkan kerumunan, dan satu orang tertembak di bagian tenggorakan. "Saya pikir dia berusia sekitar 25 tahun, tetapi kami masih menunggu anggota keluarga," kata seorang dokter yang memeriksa korban kepada Reuters melalui telepon.
Di kota utama Yangon, polisi menembakkan peluru karet dan granat kejut untuk membubarkan pengunjuk rasa yang telah diikuti oleh sekitar 100 dokter berjas putih. Kerumunan juga berkumpul di Kota Pathein, di sebelah barat Yangon.
Pada hari sebelumnya, Kamis (4/3), polisi membubarkan aksi unjuk rasa dengan gas air mata dan tembakan di beberapa kota. Tindakan keras junta pada hari itu lebih terkendali daripada pada Rabu, ketika PBB mengatakan 38 orang tewas pada hari protes paling berdarah.
Tentara dan polisi Myanmar yang bersenjata juga dilaporkan menggunakan TikTok untuk menyampaikan ancaman pembunuhan kepada pengunjuk rasa yang menentang kudeta militer. Militer juga mendorong aplikasi video singkat itu untuk menghapus konten yang memicu kekerasan.