Kamis 27 May 2021 18:47 WIB

Presiden Prancis Kunjungi Rwanda untuk Perbaiki Hubungan

Rwanda menuduh Prancis terlibat dalam genosida tahun 1994.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Presiden Prancis Emmanuel Macron
Foto:

Jalan-jalan di Kigali sepi tidak ada spanduk atau bendera seperti yang biasanya dipasang sepanjang jalan saat ada kunjungan dari kepala negara asing. Saat berkunjung ke pemakaman Gisozi, Kigali, presiden Prancis tidak membahas genosida.

Gisozi tempat sekitar 250 ribu warga Tutsi yang tewas selama pembantaian dimakamkan. Walaupun Kagame mengatakan semuanya tergantung pada Prancis banyak rakyat Rwanda yang berharap Prancis menyampaikan permintaan maaf.  

"Saya berharap ia meminta maaf atas apa yang Prancis lakukan pada tahun 1994," kata pedagang kaki lima Henriette Uwase.

Perempuan berusia 28 tahun itu baru berusia dua tahun ketika ayah dan dua saudara laki-lakinya dibunuh. Seorang warga lainnya beretnis Tutsi lainnya, Alain Gauthier mengatakan banyak rakyat Rwanda yang marah karena pelaku genosida dapat hidup di luar negeri.

"Kami menunggu satu hal dan itu adalah permintaan maaf, mereka yang melakukan genosida dan hidup dengan enak di Prancis harus disidang," kata Gauthier yang kehilangan ibu dan sanak saudaranya.

"Banyak orang yang mengatakan ia tidak akan meminta maaf tapi saya tidak mengerti mengapa Macron datang ke Rwanda dan pergi tanpa meminta maaf atas peran Prancis," katanya. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement