Ahad 10 Oct 2021 20:44 WIB

Memahami Ijtihad Gus Dur dan Gus Yahya Bela Palestina 

Gus Dur dan Gus Yahya mempunyai cita-cita luhur untuk Palestina

Gus Dur dan Gus Yahya mempunyai cita-cita luhur untuk Palestina. Ilustrasi Al Aqsa Palestina
Foto:

Oleh : Sekretaris PP MDS Rijalul Ansor,  Ustadz Ali Mashar Lc MA   

Israel tidak pernah menanggapi suara dan pendapat negara-negara Islam yang tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan negara Yahudi tersebut. Negara-negara Islam yang didengar Israel hanya Turki yang sudah menjalin hubungan diplomatik sejak 1949, Mesir, yang menjalin hubungan diplomatik setelah Camp David Accord 1979, dan Yordania, yang menjalin hubungan diplomatik sejak 1994. 

Oleh karena itu Gus Dur pernah mewacanakan hubungan dagang dan hubungan diplomatik dengan Israel. Tapi Gus Dur bernasib sama dengan Anwar Sadat dan Yasser Arafat, dicaci maki.  

Suatu saat, setelah bertemu dengan tokoh-tokoh Palestina, KH Hasyim Muzadi dalam sebuah pidato mengatakan bahwa persoalan di sana sangat rumit. Di antara mereka sendiri terdapat begitu banyak faksi, perbedaan pendapat, dan kepentingan. 

Waktu bergulir, tahun berganti, pandangan politik bergeser, dan sebagian penguasa Arab juga sudah berubah. Beberapa negara Arab bernostalgia dengan kesepakatan Camp David dan Oslo. Mereka menyampaikan kepada Israel, kalau Israel memberikan “deal” seperti yang diberikan dalam kesepakatan Camp David, termasuk soal batas wilayah sebelum 1967, maka beberapa negara Arab itu bersedia mengakui negara Israel dan selanjutnya membuka hubungan diplomatik. 

Tapi zaman dan keadaan sudah berubah. Ibarat kata pepatah: “Sesal kemudian tiada guna.” Israel kini merasa berada di atas angin. Bahkan Israel dengan congkak dan sombong berani membangun pemukiman illegal di wilayah pendudukan mereka di Jerussalem. Dan dunia internasinalpun seolah tak berkutik. 

Gus Yahya, salah satu murid Gus Dur yang gigih memperjuangkan perdamaian dan kemanusiaan, ingin melanjutkan upaya dialog Gus Dur dengan Israel, demi kemaslahatan rakyat Palestina. Gus Yahya secara tegas mengatakan kepada para pemimpin Israel, bahwa hubungan diplomatik Indonesia-Israel sulit mendapat dukungan rakyat Indonesia jika perdamaian Israel-Palestina belum tercapai. 

Tentu Gus Yahya menyadari resiko dari tindakannya menjalin dialog dengan Israel. Beliau pasti tahu bakal disalah-pahami dan dicaci maki. Tapi demi tujuan mulia, semua itu dihadapi dengan lapang dada. 

Kini Emirat, Bahrain, dan Maroko telah membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Putera Mahkota Saudi, Muhammad bin Salman juga sudah bertemu dengan Perdana Menteri Israel. Tetapi NU dan Republik Indonesia, belum akan menjalin hubungan dengan Israel, jika urusan konflik Palestina-Israel belum menemui titik terang. Meskipun dialog, tetap perlu dilakukan. 

Sementara itu di tempat lain, ada kelompok politik yang tidak begitu peduli dengan nasib rakyat Palestina. Mereka justru gembira jika rakyat Palestina bentrok dengan tentara Israel dan menjadi korban. Dengan begitu, mereka bisa berjualan narasi, melakukan demo, seolah-olah peduli dengan nasib rakyat Palestina. Lalu, menggalang dana. Wallahu A’lam.      

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement